Kamu menatap tajam ke arahku. Saat ini aku sudah duduk di sampingmu. Aku tak dapat berkata-kata lagi.
"Jangan pernah berpikir sebaliknya. Jangan memutar balikan fakta. Jangan cari pembenaran"
Kamu berkata-kata lagi.
"Aku sudah menahannya selama sepuluh tahun. Malam ini kita berakhir!"
Katamu tajam.
Ah, mengapa jadi begini. Bukankah seharusnya aku yang melakukan itu? Mengapa dia harus tau fakta bahwa Dylan bukan anak biologisnya? Mengapa dia harus tau bahwa akulah yang terlebih dahulu mengkhianatinya?
Mestinya aku yang harus menjadi perempuan teraniaya akibat suaminya selingkuh. Mestinya skenario ini berjalan dengan benar sesuai dengan rencanaku. Mestinya ketika bercerai aku mendapat harta yang banyak. Lalu menikah dengan ayah Dylan.
Mestinya begini. Mestinya begitu. Mestinya semua sesuai dengan apa yang aku inginkan!
Bukan seperti ini. Bukan begini!
Ya. Ya. Ya...
Aku perempuan jalang. Aku bukan malaikat untuknya. Aku bukan istri cantik yang baik hati. Aku bukan seorang ibu yang baik untuk anak-anakku yang lucu.
Ya. Ya. Ya...
Aku hanyalah iblis yang menyerupai malaikat perempuan. Yang seolah mencintainya dengan tulus setiap hari.
Ya. Ya. Ya...
Perempuan sepertiku hanyalah sampah! Pengkhianat! Tak punya hati!
Ya. Ya. Ya...
Pengkhianat sepertiku tak ada tempat di dunia ini. Pengkhianat sepertiku sudah selayaknya enyah dari hidup ini.
Ya. Ya. Ya...
Sebaiknya aku mati.
Sebaiknya aku terjun bebas dari sini.
Sebaiknya.
Ada baiknya.