Malam ini ketika jelang tidur. Aku melihat suamiku tersenyum-senyum senang di depan layar ponselnya. Ya. Aku menyadari. Ia pasti sedang bermesraan dengan perempuan itu. Entah cinta macam apa yang membuatnya mabuk. Aku tak tahan lagi. Aku pergi keluar kamar. Dan menangis sendirian.
Lihatlah... Suamiku tak mempedulikan aku. Ia masih asyik di dalam kamar tanpa melihatku di sini. Padahal ini sudah larut malam. Padahal ini sudah hampir jam 2 malam. Aku tak tau harus mengadu ke siapa. Aku langkahkan kaki ini ke luar rumah. Menelusuri jalan kecil sendirian. Aku duduk di bangku taman, ketika seseorang datang kepadaku.
"Malam-malam begini sendirian di sini. Suamimu selingkuh?"
Aku terdiam.
"Aku tau dari sorot dan raut wajahmu. Suamimu punya perempuan lain kan? Kamu perempuan penyakitan kan? Kamu lemah. Tak ada seorangpun yang peduli kepadamu kan?"
Aku masih terdiam.
"Kalau aku jadi kamu. Aku akan bunuh dia! Aku bunuh dia! Aku bunuh dia!"
Suaranya semaking melengking.
"Ayo.. Kamu harus mampu membunuhnya! Kamu jangan lemah! Tunjukan bahwa kamu kuat dan mampu mengalahkan dia! Bunuh dia! Bunuh dia! Bunuh dia!"
Aku tak tahan dengan suara lengkinganya yang menyakitkan. Aku tutup telingaku. Aku berlari. Berlari kembali ke rumahku. Suara itu masih mengikutiku..
"Bunuh dia! Bunuh dia! Kamu perempuan lemah! Bunuh dia! Perempuan bodoh!"