Hujan. Siang ini hujan deras. Aku termangu di teras. Memainkan ujung kuku. Kadang menggigitnya.
"Semalam suamimu pulang terlambat kan? Kamu harus tau, semalam suamimu menghabiskan waktu bersamaku. Aku memberinya kehangatan dan kenyamanan yang tak mampu lagi kau berikan"
Perempuan ini datang lagi kepadaku. Ia selalu datang dan membicarakan perselingkuhannya dengan suamiku. Aku hanya duduk diam di hadapannya dengan lelehan air mata dan hati tercabik. Perih.
"Kamu tau? Suamimu berkata kepadaku ia lebih mencintaiku.
Kepadamu? Ia hanya kasihan! Wanita lemah sepertimu memang merepotkan!"
Ia berkata-kata lagi dengan sinis.
"Pergi kamu dari sini perempuan jalang! Jangan pernah datang lagi ke rumahku! Dan tolong tinggalkan suamiku.. Aku mohon padamu... Tinggalkan diaaaa... Tinggalkan diaaa"
Kali ini aku meraung-raung, meski aku tau perempuan di depanku ini tak akan pernah menggubrisku.
Aku menyadari diriku lemah tak berdaya. Aku perempuan penyakitan. Hampir setiap orang yang ku temui selalu menunjukan wajah sinis dan menakutkan. Mereka semua meremehkan keberadaanku. Sehingga membuatku takut keluar rumah. Aku tak tahan dengan tatapan mereka. Aku memang tak berguna. Aku tak berguna. Aku perempuan tak berguna.
Lebih dari apapun... Mereka aku masih bisa menerima. Tapi suamiku? Mengapa suamiku sendiri mengkhianati pernikahan suci kita? Berkali-kali ketika ia pulang terlambat, perempuan itu selalu datang menemuiku dan memberi tahukan apa yang telah ia dan suamiku lakukan.
Aku kesakitan..
Hatiku hancur berkeping..
Aku tak berdaya.. Aku sendirian..
***