"tinggal bilang mau atau nggak aja apa susahnya sih fir, aku gpp kok kalau kamu nggak mau, aku juga paham kok alasanmu, jadi santai aja.
"ihhh bukan gitu al, aku sebenarnya malu ngomongin ini sama kamu,"
"maksudmu gimna sih fir, malu kenapa,"
"jujur ya al, aku sebenarnya ada rasa juga sama kamu, Cuma aku takut dan gak enak sama pacarmu,"
"deg, ka,,m,,u serius fir?"
"iya serius, tapi aku bingung al,"
"berarti kamu mau jadi pacar aku?"
"hmmm gimana ya, aku takut al,"
"aduh fir, jangan berbelit-belitlah, mau mau, nggak nggak gitu lo,"
"iya al, aku mau,"
Pada saat itu aku tidak menyangka dengan jawaban firda yang mau menerima perasaanku, sebenarnya aku udah menyimpulkan, jikalau aku mengutarakan perasaanku kepada mereka kalau aku menyukai mereka, aku yakin firda atau ila akan menolak mentah-mentah dikarenakan mereka sudah tau aku berbohong, ternyata selama ini aku sudah mempunyai pasangan. Makanya pada saat itu niatku bukan untuk mengungkapkan perasaan, tapi memang untuk minta maaf atas kebohonganku kepada mereka. Tanggapan ila memang sesuai dengan prediksiku, dia mungkin bisa saja memaafkanku, tapi pasti menolak untuk menerima perasaanku.