Iya, nanti kamu bakal tahu sendiri kalau udah lama kenal sama Akang. Yang jelas Akang masih single dan udah kerja di Banten.
Akang ngapain ke Bandung?
Kerja juga. Biasa kunjungan ke luar kota, An. Hehe. Oh, iya An. Setau Akang juga jati diri itu sifatnya fluid atau cair. Jadi bisa berubah-rubah sesuai lingkungan dan faktor-faktor lain. Mungkin aja sekarang kamu ramah tapi karena satu dan lain hal menjadi kaku dan pendiam.
Oalah, jadi jangan terlalu dipikirin ya?
Karena berubah-ubah, kamu jangan terlalu melabeli dirimu dengan suatu hal yang membebankan. Tapi tetap penting untuk mencari siapa kamu. Itu proses yang panjang dan nikmati lah prosesnya.
 Kami pun mengobrol banyak dari A Z. Kami juga bertukar nomer Whatsapp dan Instagram. Akhirnya pertanyaan ku mungkin tidak terjawab tetapi menjadi pertanyaan seumur hidup yang aku harus cari terus jawabannya: siapakah aku? .-.
Pertanyaan 3: Bagaimana Kami Bersatu?
 Beberapa hari kemudian, Akang Aakil Jemparingan, yang kita panggil Kang Aakil menembakku via chat di Whatsapp. Aku menerimanya, toh, tidak ada tambatan hatiku juga dan orangnya baik di awal bertemu.
 Kang Aakil sudah pulang ke Banten kembali, untuk bekerja tentunya. Kami hampir tiap hari teleponan ataupun videocall. Maaf, bukan hampir, karena memang setiap hari kami berinteraksi saling mendengar dan menatap wajah lewat media elektronik.
 Aku sebenarnya sudah cukup lama tidak merasakan cinta. Beberapa tahun kebelakang, aku selalu menerima siapapun yang menembakku. Nyatanya aku harus lebih selektif lagi. Namun, nyatanya juga aku tidak bersikap selektif.
 Aku punya pendapat setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari orang lain. Jadi apa salahnya mencoba dan menjalani yang sudah ada. Toh, tidak salah juga kan? Cinta itu datang tiba-tiba dan jodoh itu sudah diatur.