Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pertanyaan Anna

22 April 2020   04:07 Diperbarui: 22 April 2020   04:03 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Pandemi Covid-19 menyebar begitu cepat. Aku yang tadinya sibuk kuliah dan menjalankan berbagai macam proyek dengan kaka tingkatku, Cempaka Rasa, menjadi merubah segalanya yang asalnya konvensional dan tatap muka, sekarang jadi serba dalam jaringan (daring).

 An, aku tuh punya ide buat ngediriin komunitas literasi di kampus kita. Nanti jadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), yuk, Kebetulan kamu jugakan Duta Baca Jawa Barat, sarannya.

 Wah, ide bagus! Aku juga pengen ngediriin bisnis, Teh (panggilan untuk yang lebih tua, perempuan)."

 Ih, sama atuh, teteh juga. Ayo bikin dua-duanya! Terbentuklah bisnisku dengan Teh Cempaka pada tanggal 8 Maret 2020. Aku pun mengajak Aba. Aba pun mengiyakan dan ikut bergabung. Terbentuk juga komunitas literasi kampusku yang digagas oleh aku dengan Teh Cempaka pada tanggal 14 Maret 2020.

 Komunitas literasiku berjalan maju dengan 12 orang anggota awal bersama aku dan Teh Cempaka. Orang-orangnya dapat diajak kerja sama walaupun respon mereka masih kurang jika di grup WA besar. Namun, jika dikirim pesan pribadi satu-satu antusiasnya sangat tinggi.

 Berbeda halnya dengan bisnisku. Walaupun namanya bisnis kami menekankan ke sosial. Visinya adalah meningkatkan edukasi masyarakat tentang kesehatan mental. Keadaannya tidak ada respon dari anggotanya. Aku harus memikirkan berulang kali tujuan, visi, misi, dan program kerjanya bersama eksekutif lainnya, Teh Cempaka dan Meyi, kaka tingkatku dan juga adik tingkat Teh Cempaka. Doakan saja semoga pandemi ini segera berakhir dan aku bisa mengurus semuanya secara tatap muka. Tentunya juga agar aku bisa bertemu Aba lagi.

 Sudah sebulan lebih aku tidak bertemu Aba. Kami berkomunikasi lewat WA dan setiap malam video call. Sampai suatu hari, aku bertanya saat video call bersama Aba, Kapan kita menikah?

Tenang, Mu. Jangan tergesa-gesa. Kita jadi pasangan aja baru mau tiga bulan. Ketemu aja baru dua kali. Ini pacaran pertama Aba yang cepat-cepat cuma butuh waktu tiga hari mengenal langsung pacaran. Butuh waktu untuk mengenal lebih dalam.

Terus, kenapa milih Umu, Ba? Apa gak ada di Banten yang deket sama Aba?

Yang ngedeketin mah banyak atuh, Mu. Di Banten juga ada yang deket kok sama Aba. Tapi, Aba kurang suka soalnya dia suka susah dibilangin untuk shalat. Kekanak-kanakan juga. Padahal udah kenal lama tapi ngerasa gak pas aja. Beda sama Umu. Umu merupukan perempuan yang rajin ibadah dan di umurnya yang lebih muda tujuh tahun sama Aba, menujukkan sikap dan pemikiran yang matang dan dewasa, jelas Aba.

Apa yang menunjukkan Umu dewasa, Ba? Dalam perihal apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun