Aku kuliah dengan jurusan Farmasi, padahal aku ingin mengikuti jejak ibuku sebagai perawat. Namun, ibu tidak membolehkan karena tidak mau melihatku kelelalahan. Padahal di farmasi juga, praktikumnya gila-gilaan yang membuatku kurang tidur selama tiga hari dalam seminggu untuk menulis jurnal dan laporan praktikum.
 Aku baru semester dua dan sebentar lagi aku akan menjadi kakak tingkat. Tak sabar untuk mengayomi dan membimbing adik-adik tingkatku yang menggemaskan. Beberapa bulan lalu aku bertemu dengan seorang pria di kedai kopi favoritku, tempatku quality time dan menulis karya. Tak kadang juga, aku menugas di sana ketika jenuh di rumah sendirian.
 Pria tersebut lebih pendek daripada diriku, brewok, berkumis, dan berbehel. Ia menyapaku saat aku dilanda kesepian padahal kedai di sana ramai
Halo, boleh ikut duduk di sini? ujarnya.
Eh, Hai. Iya, silahkan ada apa, Kang? tanyaku keheranan. Aku tidak pernah disapa orang asing sebelumnya jadi sedikit canggung.
"Iya, mau ngajak ngobrol aja, soalnya dari tadi kelihatan melamun terus, haha. Oh, iya, Aakil Jemparingan, jangan lupa a nya dua di kata pertama. Jadi panjang bacanya, haha.
Anna Fatimah Azahro, Kang. Iya nih, banyak pikiran soalnya, aku tidak bisa menyembunyikan senyumku karena aku tahu yang bisa menaikkan energiku adalah orang lain. Anaknya ekstrovert sangat soalnya.
Wah, ada pikiran apa, An? Boleh berbagi sama Akang ga? tanyanya lagi. Ia pun membalas senyumku.
Iya, Kang. Kadang Anna bingung sendiri sama diri ini. Mau dibawa kemana hidup? Siapa diri Anna? Apa tujuannya di dunia ini? Jadi masih bingung tentang hal-hal yang berputar tentang diri.
Anna lagi proses mencari jati diri. Wajar itumah. Waktu Akang seumuran Anna juga masih mencari jati diri. Malah sampai sekarang masih mencari apa yang Akang ingin capai. Jadi gini aja solusinya, nikmati sambil meng-explore berbagai hal lagi tentang diri Anna.
Lalu jati diri Akang sekarang bagaimana? tanyaku heran.