Mohon tunggu...
lady  anggrek
lady anggrek Mohon Tunggu... Wiraswasta - write female health travel

Suka menulis, Jakarta, Blog: amaliacinnamon.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Dawai Sendu untuk Deara

25 September 2018   05:20 Diperbarui: 25 September 2018   15:08 1640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Deara.... " Panggil Thomas pelan dan meraih tangannya. Namun Deara menarik tangannya dan ia langsung berlari kencang. Meninggalkan dia seorang diri. Malam yang ramai oleh kemacetan lalu lintas. 

Kerlap-kerlip lampu mobil berlalu lalang melewati dirinya. Air mata Deara membasahi pipi. Berharap hal ini adalah mimpi buruk saja. Bukan kenyataan yang harus dilalui.

Daun-daun di taman bunga halaman depan rumah kembali bergoyang. Pelan dengan gemerisik sendu tanpa sadarkan diri. Kedua tangan Deara menggenggam secangkir cokelat panas namun kini tak lagi perhatikan bagaimana tarian udara dari uap menari ke atas. 

Paras Kak Thomas yang rupawan dan tubuh gagah tak lagi membekas di hati. Tak secerah saat bersama menjalin hubungan. "Aku banyak tuntutan pekerjaan. Sepertinya obat ini jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah." Mata Thomas menatap Deara layu. Setelah beberapa hari tak bertemu. Bahkan jika mereka berpapasan tak banyak kata yang keluar. Kedua mulut mereka membisu dan menatap dengan pandangan kosong.

 " Ternyata sudah 4 bulan seminggu lebih kita telah bersama." Bisik Deara pelan.

 Kepalanya menunduk. Hatinya kalut. Padahal baru saja terkabulkan. Perempuan itu menatap Thomas lagi.

"Apakah Kak Thomas mau berubah? Meninggalkan barang itu?" Mulut sang kekasih membisu. Tidak ada jawaban. Kepala Kak Thomas menunduk ke bawah tubuhnya lemas. Hatinya sudah pasrah menerima keputusan Deara. Tapi ia tidak tahu apa lagi yang harus dikatakan. Deara mengeluarkan sehelai kartu dan brosur dari dalam tas.

"Itu adalah nomor konseling dokter khusus bagian narkotika. Kami bersahabat saat kuliah namanya Dokter Hani." Lelaki itu kaget apa yang diberikan oleh Deara. "Ternyata kamu..." "Silakan hubungi bila Kak Thomas mau bicara tentang apa yang terjadi." Balasnya lagi. 

Deara siap seratus persen. Hanya ini yang bisa dilakukan olehnya. Semua keputusan kembali kepada Kak Thomas. "Hubungan kita sudahi saja dulu. Aku minta maaf dan terima kasih atas apa yang terjadi selama ini." Kedua mata Deara menatap pasti.

"Deara..." Ucapnya pelan.

Sedih dan penyesalan merasuk dirinya. Namun hatinya telah berkata tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun