Semua guru-guru di sini pada tau bahwasannya Bu Anis adalah sosok guru yang sangat kental karakteristiknya. Beliau sangat kuat dan tegar. Tak pernah beliau ini mengeluh. Di saat trekan-rekan seperjuangan ini mengeluh keuangan mereka yang berantakan gaji honor yang tidak pasti. Belum lagi tidak sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.  Contonya Pak Ali sendiri yang selain mengajar juga nyambi buka ladang di daerah Tanjung Lubuk ujung, yang harga sawahnya masih murah. Perlanan tempuh 2 jam dari Jahe desa tempat mereka tinggal. Selain itu  masih pula Pak Ali ini memelihara kambing 2 ekor betina dan 3ekor masih anak-anak. Namun demikian  beliau dibantu  istrinya. Bila waktu pengisian raport atau da hal-hal lain istrinyalah yang mencari rumput.
        Semua ini dilakukannya hanya demi mempertahankan SK Honor.  Sangat mustahil
 di zaman seperti ini semua serba uang. Belum sekolah anak, tugas-tugasnya juga membutuhkan uang.  Kebutuhan sehari-hari saja sudah mahal.
        Memang honorer adalah abdi negara yang luar biasa. Beberapa tahun ini seperti masa-masa sulit yang tidak terpungkiri. Kalaupun untuk menggaji PNS atau Insentif honor menghabiskan uang negara. Lalu siapa yang harus berjuang di bidang pendidikan, kesehatan dan instansi pemerintah yang lain seperti yang ada di OKI ini.  Guru-guru dan TU  yang mengajar  dan bekerja  di SMK PANCASILA ini berjumlah  43 orang, dan semuanya adalah Honorer.
        Pernah suatu ketika kepala sekolah baru datang ketika dewan guru sedang istirahat di kantor bersama pengawas dari Dinas Provinsi. Ya...sejak tahun 2017 SMK dan sederajat telah menginduk pada Dinas Pendidikan Provinsi. Tapi ya....tetap seperti inilah. UMR yang di janjikan tidak terealisasi.  Malah semakin terkendala dana.
        "Seharusnya  pemerintah  tidak mudah memberi izin pendirian sekolah kalau  keberatan membayar gaji Honor. Seharusnya lebih selektif terhadap sekolah yang kurang berkembang atau malah tidak berkembang. Yang siswanya tidak ada 30 atau minimal 20 perkelas  di hapus saja biar tidak membebani pengeluaran dana. Toh mereka juga tetap dikucuri dana BOS." Kata kepala sekolah waktu itu di kantor dengan penuh berapi-api.
        Maklumlah , kepala sekolah ini juga masih honor.
        "Iya mungkin itu bisa mengurangi beban anggaran pemerintah. Tapi apa kepala sekolah rela bila sekolahnya yang hampir mati itu di tutup. Katakanlah yang kau maksud itu seperti SMA NUSANTARA yang  ada di Bambu Kuning itu. Tahun kemarin siswanya yang lulus 19 jurusan IPS dan 15 jurusan IPA. Tahun ini membuka 3 jurusan, IPS, IPA, dan BAHASA, tapi yang masuk Cuma 8 orang  yang akhirnya di jadikan satu yaitu jurusan IPS..."jawab Pak Iqbal, nama dari salah satu pengawas tersebut
        "Nah...itu yang kumaksud. Banyak sekolah-sekolah yang seperti itu. Jangan sekolah hanya di jadikan alat bisnis untuk menurunkan dana BOS, uangnya negara" terang kepala sekolah
        "Terlebih sekolah pondok yang bernaung di bawah yayasan ...mereka banyak yang hnya memanfaatkan bisnis sekolah ini. Padahal siswanya sedikit. Mahal biaya administrasinya. Dan ini sama saja  dengan pemborosan uang negara. Pemerintah harus benar-benar selektif terhadap pendirian sekolah dan perpanjangan izin sekolah. Atau jangan-jangan pucuk juga mendapat cipratan dari dana pendirian sekolah baru.....tapi semakin banyak sekolah akan semakin banyak honorer....cak mano lah..." lanjut kepala sekolah.
        "Makanya kita bersabar saja teruti aturan. kita tunggu himbauan untuk tindak lanjut kebijakan pemerintah. Yakin saja  kebijakan ke depan akan menguntungkan kita." Jawab Pak Sanusi, pangawas yang satunya.