Hal inilah yang menyebabkan banyak anak malas sekolah toh pada akhirnya pendidikan juga untuk mencari pekerjaan (bagi sebagian orang).
Karena background di ataslah Pak Joko sangat berharap untuk meningkatkan jumlah siswa masuk pertahun sekolah mampu meningkatkan kedisiplinan dalam pembelajaran.
Mungkin bila dianggap perlu bisa secara bertahap. Contoh disiplin dalam masuk sekolah dan minimal 3 kali alpa mendapat teguran dari wali kelas. Kalau tidak di indahkan oleh siswa maka guru bisa minta bantuan pada guru BK untuk menindak lanjuti.
Tapi bila tidak jera maka wali kelas memanggil orang tua siswa. Maksimal panggilan adalah 3 kali dan terakhir adalah perjanjian bila siswa tidak berubah maka dikelurkan oleh sekolah.
Berikutnya tertib dalam belajar,bila sudah waktu belajar harus sudah siap di kelas bukan guru yang menunggu tapi siswa. Begitu juga sebaliknya guru harus member contoh kedisiplinan kepada siswa. Guru harus datang tepat waktu, waktunya masuk ya segera masuk, intinya lebih meningkatkan kesadaran dan kwalitas diri sebagai guru.
Ide ini sudah disampaikannya di saat rapat pembinaan KepalaSekolah.
"Ya ditunggu saja peerkembangan masyarakatnya Pak Joko, pasti nanti kalau sudah maju bisa mewujudkan sekolah yang dimaksud. Pastinya sesuai perkembangan zaman." Kata kepala sekolah.
Itu artinya kita menunggu bukan berusaha dan menyongsong masa depan lebih baik lagi. Yah.... Sudahlah memang sudah tradisi...
Dari tahun ketahun sekolah tempat Pak Joko mengajar kurang ada peningkatan. Sekarang  sudah 14 tahun berdiri dari 2 lokal menjadi 6 lokal saja. Yaitu 5 lokal kelas, dan 1 lokal ruang guru dan kepala sekolah. Memang jumlah siswa bertambah untuk 2 tahun ajaran ini. Tapi tidak seberapa dibanding sekolah swasta lain apalagi sekolah negri. Karena laju pertumbuhan penduduk di sini sangat pesat hampir 50% pertahun. Mulai dari pendatang , pindahan dan kelahiran. Usia perkawinan rata-rata penduduk suku Jawa antara 16-20 tahun, sedang penduduk asli antara 23-35 tahun baru menikah. Kelahiran inilah yang cepat meningkatkan pertambahan penduduk. Tapi buktinya siswa yang masuk tidak sebanding dengan laju pertumbuhan penduduk.
Sebagai wakil kesiswaan di sekolah ini Pak Joko merasa cemas. Bagaimana tidak pertambahan anak-anak di sini harusnya secara otomatis menambah jumlah peserta didiknya. Sayangnya anak-anak tadi memilih sekolah lain yang memang bagus lebih satu tingkat dari sekolahnya. Tapi dia hanya bisa berharap ada kesempatan untuk memajukannya. Tiap rapat tak hentinya dia mengumandangkan pendapatnya agar kepala  sekolah dan teman-teman bisa sedikit ingat dan berkenan memikirkannya.  Walau pendapatnya sering jadi perbantahan di ruang rapat maupun di balik dinding kantor atau bahan gosip. Makin kuat keinginan Pak Joko untuk menggolkan prinsipnya makin ganas pula tendangan-tendangan super dari rekan-rekan maupun kepala sekolah.  Rata-rata guru-guru di SMK PANCASILA ini prioritasnya sederhana datang  ngajar sebagai kewajiban dan menjalaninya sambil menunggu gajian. Tak ada greget untuk menunjukkan professional mengikuti perkembangan pendidikan dan membuat gebrakan agar mengidentifikasi sekolah yang  beda dengan yang lain.
#####