Mohon tunggu...
Kusdiantoro Mohamad
Kusdiantoro Mohamad Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Embriologi, Pemerhati Lingkungan

Memberi manfaat untuk masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyikapi Beban Kinerja Dosen di Perguruan Tinggi

30 Juli 2022   07:12 Diperbarui: 2 Agustus 2022   18:45 2147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu-minggu ini dosen perguruan tinggi disibukkan oleh pengisian beban kinerja dosen atau lebih dikenal dengan BKD. 

Banyak komentar dan pendapat, mulai dari yang serius hingga candaan. Tak sedikit bagi yang kreatif menjadikannya sebagai meme untuk lucu-lucuan. Tapi kadang ia menyiratkan pesan moral, saran, sindiran, hingga kritikan.

Ada meme yang menyatakan dosen seperti manusia super hero bertangan banyak dengan seabrek pekerjaan: pengajaran, penelitian, pengabdian, borang, BKD, publikasi.

Bahkan sampai panitia ini-itu, aplikasi ini-itu, laporan ini-itu, admin, sister, dan tugas tambahan. Meme ini selalu muncul setiap masa pengisian BKD, di saat peralihan semester.

Tak sedikit dosen yang pusing karena BKD-nya tak kunjung hijau. Istilahnya BKD-ku masih merah membara, jika masih jauh dari target; atau merah merona, jika sudah sedikit lagi mendekati target. 

Sementara bagi dosen yang BKD-nya sudah hijau, ia lebih memilih low profil, tak banyak bicara, karena tak ingin meningkatkan stress oxidative di tubuh rekan-rekannya.

Mengapa BKD saat ini menjadi heboh? Apakah dahulu tidak ada? Tentu saja masalah beban kinerja sudah ada sejak dahulu. Sekarang menjadi heboh karena dievaluasi tiap semester dan dipantau secara rinci dengan adanya sistem online. 

Sekarang menjadi heboh karena berdampak langsung secara administrasi terhadap reward dan punishment. 

BKD selain sebagai instrumen untuk evaluasi kenaikan pangkat, juga menjadi instrumen bagi pembayaran tunjangan fungsional (sertifikasi, tunjangan khusus guru besar) dan tunjangan kinerja (tukin). Dosen yang tidak memenuhinya diancam sanksi teguran hingga pencabutan hak mendapatkan tunjangan profesi.

Setiap dosen harus memenuhi minimal 12 SKS di tiap semester dengan empat komponen, yaitu (1) pendidikan, (2) penelitian, (3) pengabdian pada masyarakat (PPM), dan (4) penunjang. 

Pendidikan dan penelitian minimal 9 SKS dengan masing-masing komponen tidak boleh kosong. Komponen PPM tidak boleh kosong dengan nilai maksimal 25%, sementara komponen penunjang tidak menjadi syarat untuk menghijaukan BKD.

Tujuan BKD sebagai Sarana Evaluasi

Ada dua tujuan, menurut penulis, yang hendak dicapai dengan sistem BKD ini, pertama peningkatan kinerja, dan kedua pemerataan beban. Kedua capaian ini berkonsekuensi kepada sistem penghargaan (reward) dan hukuman (punishment). 

Jika kita berpikir secara positif, maka ada banyak manfaat sistem BKD bagi peningkatan kinerja dosen. Sebaliknya, ketika kita berpikir negatif maka BKD seolah menjadi beban bagi tugas sehari-hari Dosen.

Mari kita telaah tujuan yang pertama, peningkatan kinerja. BKD memungkinkan setiap dosen mengetahui hasil kinerja yang telah dicapainya selama satu semester yang telah berjalan. 

Ketika BKD menunjukkan nilai yang kurang, maka dosen yang bersangkutan akan membuat strategi perbaikan untuk semester yang akan datang. 

Demikian juga jika BKD mencukupi nilai 12 tetapi ada komponen yang masih kosong, maka dosen harus mulai memikirkan strategi apa yang harus dilakukan untuk mengisi kekosongan komponen tersebut di semester berikutnya.

Mengetahui proporsi capaian BKD juga membantu memetakan kekuatan dan kelemahan dari seorang dosen. Seorang dosen mungkin ada yang memiliki BKD yang tinggi di komponen pendidikan, tetapi rendah di penelitian, atau sebaliknya.

Dosen yang lain mungkin sama sekali tidak memiliki komponen pengabdian kepada masyarakat. Mungkin ada dosen terlalu banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya penunjang, tetapi masih rendah di komponen utama Tri Dharma Perguruan Tinggi. 

Tentu dengan adanyanya hasil evaluasi BKD akan membuat pemetaan yang lebih proposional untuk kinerja setiap individu dosen.

Bagaimana dengan tujuan kedua, pemerataan beban kinerja? BKD seluruh dosen dari unit yang sama, misal divisi atau departemen yang sama, bisa dievaluasi pemetaannya. 

Apakah ada dosen yang memiliki BKD pendidikan yang sangat banyak, sementara dosen lain dari divisi yang sama kekurangan komponen pendidikan. 

Demikian seterusnya untuk setiap komponen. Evaluasi ini akan dapat dijadikan dasar mencari strategi terbaik agar terjadi pemerataan beban kinerja.

Evaluasi BKD per unit kerja dapat mengevaluasi penumpukan beban kinerja pada segelintir dosen, sementara banyak dosen yang lain kekurangan. 

Pada kondisi mayoritas dosen nilai BKD-nya kurang, maka dapat disimpulkan bahwa di divisi tersebut jumlah dosen yang ada berlebih jika dibandingkan dengan beban kerja yang ada. 

Sebaliknya, jika semua dosen pada divisi yang sama memiliki nilai BKD yang tinggi melebihi kenormalan, maka sudah waktunya divisi tersebut merencakan perekrutan dosen baru. Tentu pemetaan dan evaluasi ini ditujukan terutama untuk komponen utama seperti pendidikan dan penelitian.

Strategi Peningkatan BKD Komponen Pendidikan

Komponen pendidikan merupakan salah satu komponen utama. Komponen pendidikan yang utama ialah mengajar. 

Pada kelas-kelas di mana yang mengajar merupakan sebuah tim (terdiri dari beberapa dosen) untuk satu mata kuliah, maka nilai BKD yang dihasilkan akan menjadi semakin kecil. 

Komponen pendidikan dari unsur mengajar biasanya dari tahun ke tahun relatif sama dan sudah default. Jika komponen dari unsur pengajaran ini tetap kecil, maka dosen perlu mencari strategi lain untuk meningkatkan nilai BKD-nya.

Strategi pertama ialah melihat distribusi dari setiap dosen dalam divisi yang sama. Jika masih bisa dilakukan redistribusi beban, maka tentu pemerataan pengajaran bisa dilaksanakan. 

Strategi kedua ialah dengan meningkatkan keterlibatan di unsur yang lain selain pengajaran. Ada banyak unsur yang bisa dilakukan oleh dosen yang termasuk komponen pendidikan, di antaranya mengembangkan bahan ajar, Rencana Pembelajaran Semester, hingga membina dosen yang lebih muda. 

Hal-hal tersebut tentu jika dilakukan dengan baik akan meningkatkan proses pembelajaran dan juga pengembangan SDM yang ada.

Jika berbagai strategi untuk meningkatkan nilai BKD pendidikan sudah dilakukan dan masih kekurangan, maka dosen lebih baik merancang peningkatan di komponen penelitian. 

Komponen penelitian dapat ditingkatkan tanpa batas, berbeda dengan pengajaran yang sudah tertentu jumlah mata kuliah yang di ampu. 

Oleh karena itu peningkatan penelitian masih mungkin dilakukan, untuk menutupi kekurangan di pendidikan, meski terkadang banyak dosen yang menganggap penelitian merupakan komponen yang paling sulit dilaksanakan.

Strategi Peningkatan BKD Komponen Penelitian

Penelitian merupakan komponen yang menjadi momok bagian sebagian besar dosen. Komponen ini haruslah berupa output hasil penelitian dan sifatnya tidak boleh kosong meski BKD jumlah nilainya telah tercapai (nilai 9 untuk komponen pendidikan+pengajaran, dan nilai 12 untuk total seluruh komponen). 

Kedua, hal yang menjadi momok ialah pembuktian penelitian harus berupa output publikasi yang sudah terbit, sementara terbitnya artikel di suatu jurnal ilmiah tidaklah pasti dan melalui proses yang panjang. 

Kadang memakan waktu tiga bulan, enam bulan, bahkan bisa mencapai satu setengah tahun. Jadi bisa dibayangkan betapa sulitnya untuk memenuhi BKD komponen penelitian ini, jika tidak dirancang jauh-jauh hari.

Strategi pertama dan utama ialah seorang dosen harus mulai membuat rencana (road map) penelitiannya, lalu menyusun proposal dan mengajukannya untuk mendapakan dana hibah penelitian. 

Strategi berikutnya, dosen harus pula mencari rencana penelitian sederhana yang bisa dilakukan secara mandiri. 

Kolaborasi dengan dosen yang lebih senior dan yang memiliki banyak proposal yang didanai, perlu juga dilakukan. Dosen tetap perlu melakukan penelitian dengan topik sendiri untuk pengembangan karirnya.

Strategi lain ialah memanfaatkan setiap hasil penelitian mandiri maupun penelitian mahasiswa sebagai bahan untuk publikasi. 

Penelitian mahasiswa bimbingan skripsi perlu didesain dengan baik, sehingga meskipun sederhana, tetapi secara keilmuan tetap memenuhi syarat untuk publikasi. Tidak sedikit penelitian mahasiswa S1 bisa terbit di jurnal nasional bahkan internasional sebagai naskah publikasi yang baik.

Strategi yang lain ialah memanfaatkan kegiatan magang dan laporannya untuk dipublikasikan di jurnal ilmiah. Laporan magang bisa diterbitkan dalam bentuk studi kasus atau komunikasi singkat. 

Suatu kasus yang ditulis dengan baik dapat menghasilkan publikasi yang baik. Dengan demikian, dosen perlu mendesain dan membimbing sejak awal dengan sungguh-sungguh, sehingga semua kegiatan magang mahasiswanya berpeluang menjadi bahan publikasi.

Strategi berikutkan ialah memanfaatkan kegiatan KKN sebagai bentuk pengabdian sekaligus bentuk penelitian. Banyak contoh yang telah ada dari kegiatan saat KKN bisa dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah terkait dengan pengembangan masyarakat. 

Jadi selain bisa mengisi BKD komponen pengabdian juga bisa untuk komponen penelitian. Contoh pengabdian yang bisa menjadi naskah publikasi ialah kegiatan survei dan kuesioner. 

Data-data kuantitatif yang diperoleh dari survei dan kuesioner tersebut dapat dijadikan bagian dari hasil penelitian. Dengan data-data yang bersifat kuantitatif, maka peluang kegiatan KKN bisa diterbitkan di jurnal ilmiah akan semakin besar.

Strategi yang terakhir, tetapi tidak menutup kemungkinan yang lain, ialah menulis di koran, majalah, dan media online tentang topik-topik yang sesuai dengan bidang keilmuan dosen. 

Tulisan ditujukan untuk konsumsi masyarakat khusus (seperti anggota asosiasi atau perkumpulan ilmiah) atau masyarakat umum. 

Tulisan tidak boleh lepas dari keilmuan sang dosen dan disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat kebanyakan. Tulisan populer di media masa ini meski nilai BKD-nya kecil, tetapi bisa menutupi syarat komponen penelitian untuk menghijaukan BKD.

Strategi Peningkatan BKD Komponen Pengabdian

Ada banyak kegiatan yang jika jeli maka bisa dilakukan oleh setiap dosen. Pengabdian masyarakat yang umum dilakukan ialah menjadi narasumber untuk bidang keilmuan yang sesuai. 

Dosen yang aktif di bidang sosial kemasyarakatan, misal menjadi pengurus RT atau RW atau di yayasan sosial, bisa menggunakannya untuk BKD. Selama ada bukti berupa SK maka kegiatannya di masyarakat bisa diklaim sebagai bentuk pengabdian.

Lalu bagaimana jika tidak memiliki kegiatan di lembaga kemasyarakatan? Dosen bisa mulai belajar memikirkan problem atau masalah yang ada di masrakat di sekitar ia tinggal atau di sekitar kampusnya dan memikirkan solusi terbaik yang mungkin bisa ditawarkan atau dilakukan. 

Solusi tersebut kemudian dilaksankan dan didokumentasikan. Selanjutnya, dosen bisa meminta surat tugas dari kampus dan bisa menggunakannya sebagai pengisi BKD.

Dosen perlu dimenarik benang merah di ketiga komponen utama BKD, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukannya. 

Benang merah tersebut ialah keselarasan kegiatan dengan bidang keilmuan yang ditekuninya. Semakin selaras, maka kegiatan dosen dalam mengisi BKD akan menjadi lebih bermanfaat dalam pengembangan karirnya sebagai dosen.

Sebaliknya jika ketiga komponen utama tidak berhubungan dengan bidang keilmuannya, maka dosen tersebut akan banyak memboroskan waktu dan sumberdaya dan menjauhkannya dari tujuan yang ideal sebagai dosen.

Menyikapi BKD Komponen Penunjang

Komponen penunjang adalah komponen yang paling luas cakupannya dan biasanya setiap dosen dengan mudah mengisinya. Jadi untuk komponen penunjang bukanlah bagaimana strategi peningkatan tetapi lebih kepada bagaimana menyikapinya. 

Jika komponen penunjang memiliki nilai wajar, maka dosen telah seimbang dalam berkegiatan. Jika nilai komponen penunjang sangat tinggi dan mendominasi nilai BKD secara keseluruhan, maka dosen perlu menguarangi kegiatan penunjang dan kembali berfokus kepada komponen utama Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Sebagai penutup, dosen perlu merencanakan startegi ketika ia akan mengisi BKD dengan merancang kegiatan-kegiatan secara proposianal dan berkesesuaian dengan bidang keilmuan yang ditekuninya. 

Rencana dibuat jauh sebelum semester dimulai. BKD bisa diisi dan dikerjakan dengan niat untuk sekedar memenuhi kewajiban atau mengejar tunjangan kinerja yang lebih besar. 

Sebaliknya, BKD bisa dijadikan sebagai sarana evaluasi bagi dosen untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional. Dosen hendaknya berkarya secara proposional untuk setiap komponen Tri Dharma Perguruan Tinggi, selaras dengan bidang keilmuan yang digeluti, dan bermanfaat untuk masyarakat banyak. (km)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun