Mohon tunggu...
Kurnia Ramadani
Kurnia Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Kurnia Ramadani seorang mahasiswa Universitas Sultan Syarif Kasim Riau yang memiliki hobi Membaca dan Menulis. Dari hobi tersebut saya ingin menghasilkan karya melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Peran Literasi Dalam Pendidikan Bahasa Indonesia

15 Juni 2024   23:05 Diperbarui: 16 Juni 2024   21:35 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/fnr6xSA6ZfuJZxeX6

Oleh:

Kurnia Ramadani

Vera Sardila

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Abstrak 

          Artikel konseptual ini membahas peran literasi dalam pendidikan bahasa Indonesia. Literasi memiliki peran penting dalam memperkuat keterampilan membaca, menulis, mendengar, dan berbicara dalam bahasa Indonesia. Dengan literasi yang baik, individu mampu memahami, menganalisis, dan mengekspresikan pikiran secara efektif. Pendidikan bahasa Indonesia perlu memberikan perhatian khusus pada pembelajaran literasi untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan pemahaman budaya. Artikel ini juga menyoroti strategi dan metode pengajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan literasi dalam konteks pendidikan bahasa Indonesia.

 

Kata Kunci : Literasi, Pendidikan Bahasa Indonesia, Membaca, Menulis, Mendengar, Berbicara, Strategi, Faktor-faktor.

PENDAHULUAN 

          Membaca merupakan jendela ilmu karena dengan banyak membaca kita bisa menambah banyak wawasan dan ilmu pengetahuan. Sebagaimana yang kita ketahui, proses belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri adalah melalui proses sains khususnya membaca. Karena sekitar 80-90% ilmu pengetahuan berasal dari membaca. Kebiasaan membaca merupakan sesuatu yang penting dan fundamental yang harus dikembangkan sejak dini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan (Aswat & Nurmaya G, 2019). Kemampuan literasi adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk dimiliki setiap orang. Literasi secara umum didefinisikan sebagai kemampuan membaca dan menulis serta menggunakan bahasa lisan. Literasi berfungsi untuk menghubungkan antara individu dengan masyarakat, serta merupakan suatu alat yang penting bagi individu untuk tumbuh dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang demokratis.

          Menurut Tilaar (dalam Widiyono & Nurhayati, n.d.), membaca merupakan proses membagikan makna kepada dunia (Widiyono & Nurhayati, n.d.). Sayangnya, minat baca di negara ini masih bisa dikatakan sangat rendah. Pada tahun 2012 UNESCO mengeluarkan indeks minat baca di Indonesia dengan hasil yang dicapai sebesar 0.001. yang artinya, dari 1000 orang hanya terdapat 1 orang yang mempunyai minat membaca. Pada umumnya, penduduk Indonesia membaca buku baru 0-1 buku di setiap tahun (Lawalata & Sholeh, 2019).

PEMBAHASAN 

A.  Definisi Literasi

          Dalam definisi lama, literasi diterjemahkan hanya sebatas pada kemampuan membaca dan menulis. Hal ini sebagaimana pendapat Boston dkk. (1991:18) bahwa literasi merupakan kemampuan menggunakan membaca dan menulis dalam melaksanakan tugas-tugas yang bertalian dengan dunia kerja dan kehidupan di luar sekolah. Kern (2000: 23) menyatakan bahwa literasi merupakan kesadaran bertindak dalam kegiatan membaca, menulis, memediasi, dan mengubah makna dalam percakapan yang kemudian memindahkannya dari individu satu ke individu lainnya.

          Lietrasi dalam definisi perkembangannya tidak hanya terbatas dalam kemampuan membaca dan menulis. Alwasilah (2001) mendefinisiskan dalam arti luas meliputi kemampuan berbahasa menyimak, membaca, berbicara, dan menulis, serta berpikir kritis yang menjadi elemen di dalamnya. Seseorang disebut literate apabila ia memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam setiap aktivitas yang menuntut fungsi literasi secara efektif di masyarakat, serta pengetahuan yang dicapainya dengan membaca, menulis, dan aritmatik memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi dirinya sendiri dan untuk perkembangan masyarakat. Sementara itu, Cooper (1993) mengemukakan bahwa untuk menjadi literate yang sesungguhnya, seseorang harus memiliki kemampuan menggunakan berbagai tipe teks secara tepat serta kemampuan memberdayakan pikiran, perasaan, dan tindakan dalam konteks aktivitas sosial dengan maksud tertentu. Dengan demikian, dalam pembelajaran di sekolah, tidak hanya pemebelajaran Bahasa Indonesia, seorang pendidik harus berusaha menciptakan kader-kader siswa yang literat.

           Literasi dapat diartikan sebagai keterbukaan wawasan, yaitu kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk keterampilan hidup. Grabe & Kaplan (dalam Sukma, 2019), menjelaskan sempitnya pengertian literasi itu adalah kemampuan membaca dan menulis (mampu membaca dan menulis). Secara umum, literasi sangat erat kaitannya dengan Istilah wacana mahir, yaitu kemampuan seluruh bahasa mencakup kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, serta kemampuan berpikir elemen-elemen yang ada di dalamnya (Sukma, 2018). Menurut Sukma, et.al (2019), literasi dapat dipahami sebagai melek huruf, kemelekhurufan, mengenal tulisan, serta dapat membaca dan menulis. Literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sedangkan menurut Sulzby (dalam Sukma 2019), ia mengartikan literasi secara sempit, yaitu literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis.

          Literasi sangat penting bagi siswa karena keterampilan dalam literasi berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mereka dan kehidupannya. Keterampilan literasi yang baik akan membantu siswa dalam memahami teks lisan, tulisan, maupun gambar atau visual. Keterampilan literasi perlu dimiliki oleh setiap individu sebagai syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat, dan hal ini merupakan bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat. Salah satu literasi yang perlu dikuasai adalah literasi baca-tulis. Dengan memiliki kemampuan baca-tulis, seseorang dapat meningkatkan kualitas hidupnya menjadi lebih baik. Terlebih lagi di era yang semakin modern yang ditandai dengan persaingan yang ketat dan pergerakan yang cepat. Kompetensi individu sangat diperlukan agar dapat bertahan hidup dengan baik (Sukma, et.al 2019).

          Menurut Khaira, et.al (2017), pembelajaran bahasa Indonesia terdiri atas empat kemampuan keterampilan berbahasa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan membaca menjadi skala prioritas utama yang harus dikuasai oleh siswa pada setiap jenjang pendidikan karena pembaca yang memiliki keterampilan yang baik akan mudah menyerap informasi dan gagasan yang terdapat dalam bacaan. Membaca pemahaman menjadi dasar dalam mengungkapkan makna seluruh bacaan. Melalui membaca pemahaman, seseorang dapat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan informasi, baik yang terjadi pada masa lampau, masa sekarang, maupun masa mendatang.

          Menurut Sarkiyah (dalam Hafizah, 2018), pemahaman membaca merupakan suatu proses pemahaman dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca yang mempunyai peranan utama dalam membentuk makna. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai macam strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkontruksi makna ketika membaca. Menurut Sahrebabaki (dalam Putri dan Ramadhan, 2019), membaca dan mendengarkan adalah proses seseorang yang tidak hanya memahami arti harfiah, tetapi juga untuk memahami gagasan tersirat.

           Pengertian Literasi menurut UNESCO (dalam Purwati, 2017) adalah wujud dari keterampilan yang secara nyata, yang secara spesifik adalah keteampilan kognitif dari membaca serta menulis, yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh dari siapa serta cara memperolehnya. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang tentang makna literasi itu sendiri adalah penelitian akademik, institusi, konteks nasional, nilai-nilai budaya, dan juga pengalaman (Purwati, 2017). Literasi diartikan sebagai melek huruf, kemampuan membaca dan menulis, kemelekwacanaan atau kecakapan dalam membaca dan menulis. Pengertian literasi berdasarkan konteks pengunaannya merupakan integrase keterampilan menulis, membaca, dan berfikir kritis (Purwati, 2017). Gee dalam Au (dalam Chairunnisa, 2018) yang mengartikan literasi dari sudut pandang kewacanaan menyatakan bahwa literasi adalah "Mastery of, or fluent control over, a secondary discourse". Gee menjelaskan bahwa literasi adalah suatu keterampilan dari seseorang melalui kegiatan berfikir, membaca, menulis, dan berbicara (Chairunnisa, 2018).

          Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi merupakan proses pembelajaran yang dilakukan secara komprehensif untuk mengidentifikasi, memahami informasi, berkomunikasi, dan menghitung menggunakan bahan cetak dan tertulis dengan berbagai konteks Menurut Riley (dalam Dafit et al., 2020) literasi merupakan dasar keberhasilan dalam pembelajaran. Hubungan antara keberhasilan pembelajaran dengan tingkat melek huruf terjadi melalui kurikulum dan proses pembelajaran yang terjadi di sekolah (Dafit et al., 2020). Menurut Suyono (dalam Gogahu & Prasetyo, 2020) literasi dapat digunakan sebagai dasar pengembangan pembelajaran efektif di sekolah yang dapat membuat siswa terampil dalam mencari dan mengolah informasi yang dibutuhkan dalam kehidupan berbasis ilmu pengetahuan pada abad ke-21 (Gogahu & Prasetyo, 2020).  

            Menurut Putri, et.al (2019), faktor yang berperan penting untuk meningkatkan keterampilan membaca adalah penguasaan kosa kata. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haliza (dalam Putri dan Ramadhan, 2019), bahwa ada banyak faktor yang berperan untuk memperoleh kemampuan membaca secara efektif. Ukuran kosakata adalah satu faktor yang penting untuk meningkatkan membaca pemahaman. Penemuan penelitian tersebut menyebutkan bahwa membaca pemahaman bermanfaat ke dalam pembelajaran bahasa. Siswa mampu membaca dengan baik dan dalam pengajaran kosakata yang berkaitan dengan bahasa.

          Menurut Sari, et.al (2018), membaca secara komunikatif digunakan untuk mencari, menemukan, dan memperoleh informasi dari berbagai sumber sesuai dengan pemahaman masing-masing individu yang diperoleh. Ada beberapa negara yang telah melakukan penelitian tentang membaca, diantaranya Albania, Australia, Jerman, Iran, Kanada, Malaysia Pakistan, dan Turki. Penelitian tentang membaca pemahaman yang dilakukan mengungkapkan bahwa membaca adalah aktifitas kognitif yang kompleks yang sangat penting dan berfungsi untuk mendapatkan informasi.

B. Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi

1. Faktor Internal

a. Rendahnya kemampuan intelegensi siswa

          Faktor internal penyebab rendahnya kemampuan literasi yang pertama adalah rendahnya kemampuan intelegensi siswa, hal ini sesuai dengan teori Djamrah (2002) yang mengelompokkan faktor penyebab kurang lancar membaca menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu dari faktor internal ini adalah faktor intelegensi siswa. Menurut Freeman (Purwanto, 2010: 478) intelegensi mempunyai beberapa pengertian yaitu yang pertama intelegensi merupakan adaptasi atau penyesuaian individu dengan keseluruhan lingkungan, yang ke dua intelegensi adalah kemampuan untuk belajar, dan yang terakhir intelegensi merupakan kemampuan berpikir abstrak. Intelegensi merupakan kemampuan belajar. Kemampuan belajar setiap siswa berbeda-beda, hal tersebut tentunya membuat perbedaan-perbedaan termasuk perbedaan kemampuan literasi baca-tulis. Karena kemampuan belajar siswa berbeda-beda, hal lain juga akan ikut berbeda, tidak hanya kemampuan literasi baca-tulis, kemampuan numerasi dan lain sebagainya pun akan berbeda.

b. Rendahnya Minat Belajar Siswa

          Faktor internal penyebab rendahnya kemampuan literasi baca-tulis siswa yang kedua adalah rendahnya minat belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan teori Pramesti (2018) yang mengatakan bahwa rendahnya minat membaca siswa merupakan penyebab rendahnya keberhasilan siswa dalam membaca. Minat merupakan suatu rasa suka, rasa ketertarikan terhadap sesuatu, sedangkan belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan, baik perubahan tingkah laku maupun perubahan tidak tahu menjadi tahu. Secara sederhana minat belajar merupakan ketertarikan dalam belajar. membuat siswa malas ke sekolah. Selain itu motivasi dari orang tua juga sangat penting bagi siswa, siswa kurang diberikan dorongan positif oleh orang tua karena orang tua siswa sibuk bekerja. Orang tua siswa jarang ada yang menanyakan tentang sekolah, ketika pulang sekolah tidak ditanya bagaimana persekolahan hari itu sebagai bentuk perhatian terhadap anak, selain itu apresiasi dari orang tua terhadap anak juga kurang sehingga motivasi belajar siswa rendah dan menyebabkan rendahnya kemampuan literasi baca-tulis siswa.

c. Rendahnya Motivasi Belajar Sisw

          Faktor internal penyebab rendahnya kemampuan literasi baca-tulis siswa yang terakhir adalah rendahnya motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa merupakan hal penting dalam proses pembelajaran. Siswa dengan motivasi belajar tinggi akan semangat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Rendahnya motivasi belajar menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi baca-tulis siswa. Hal ini sejalan dengan teori Pramesti (2018) yang mengatakan bahwa faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi bacatulis siswa adalah rendahnya motivasi belajar. Rendahnya motivasi baik dari orang tua maupun dari guru dapat mempengaruhi kemampuan literasi baca-tulis siswa. Menurut Hamzah (Badaruddin Achmad, 2015) motivasi belajar adalah dorongan psikologis seseorang yang melakukan suatu indakan untuk mencapai tujuan belajar. Indikator motivasi belajar menurut hamzah dapat diklasifikasikan sebagai adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.

2. Faktor Eksternal

a. Kurangnya Perhatian Orang Tua

          Faktor eksternal penyebab rendahnya kemampuan literasi yang pertama adalah kurangnya perhatian orang tua. Kurangnya perhatian orang tua menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk belajar sehingga menyebabkan kemampuan literasi baca-tulis siswa rendah. Hal ini sesuai dengan teori Djamrah bahwa salah satu faktor penyebab siswa kurang bisa membaca adalah faktor dari lingkungan keluarga, contohnya hubungan orang tua yang tidak harmonis, kondisi ekonomi dan lain sebagainya. Selanjutnya menurut Mardika (2017) kemampuan membaca menulis dan berhitung siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu peran orang tua yang kurang memperhatikan siswa. Selain itu menurut Arnold (Saliza, 2021) faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan siswa adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di rumah serta ekonomi keluarga siswa. Anak yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya, orang tua tunggal, atau orang tua angkat akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Anak yang dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh ayah saja. Kematian salah satu seorang anggota keluarga juga merupakan pengalaman traumatic bagi anak-anak.

b. Pengaruh TV dan HP

          Faktor eksternal penyebab rendahnya kemampuan literasi yang kedua adalah pengaruh Televisi dan Handphone. Hal ini sejalan dengan teori Witanto (2018) tidak mempunyai kemampuan yang mumpuni maka kualitas pendidikan akan merosot. Dalam hal penyebab rendahnya kemampuan literasi baca-tulis siswa, guru kurang kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran yang digunakan monoton kerna yang digunakan hanya metode ceramah dan penugasan, pembelajaran hanya berfokus pada penyampaian materi saja sehingga kemampuan literasi baca-tulis siswa tidak begitu maksimal.

c. Pengaruh Teman Bermain

          Faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi yang ketiga adalah pengaruh teman bermain. Hal tersebut senada dengan teori Djamrah (2002) yang menyebutkan bahwa pengaruh teman bermain yang nakal merupakan penyebab rendahnya kemampuan literasi baca-tulis siswa. Lingkungan tempat bermain dapat mempengaruhi anak, terutama lingkungan bermain. Teman sepermainan yang nakal dapat mempengaruhi kemampuan literasi baca-tulis siswa. Hal ini disebabkan karena ketika siswa berada di lingkungan masyarakat, teman sepermainan siswa lebih banyak mengajak melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat, contohnya seperti bermain-main, bermain game online, menonton kartun di TV, sehingga membuat perhatian dan waktu siswa terbuang dengan sia-sia. Padahal ada banyak sekali kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat untuk dilakukan seperti belajar bersama, bermain sambal belajar, mengerjakan PR bersama dan lain sebagainya.    

C. Strategi Kegiatan Literasi untuk Meningkatkan Minat Baca

1. Strategi Kegiatan Literasi Tahap Pembiasaan

          Strategi literasi untuk meningkatkan minat baca peserta didik di sekolah dasar pada tahap pembiasaan (Sukma, 2021) adalah:

a. Melaksanakan kegiatan membaca 15 menit sebelum mata pelajaran di mulai, dengan bahan bacaan buku selain buku pelajaran. Cara membaca ada yang membaca nyaring dan ada juga yang membaca dalam hati. Kegiatan ini menjadi sarana untuk menumbuhkan kebiasaan membaca sehingga diharapkan dapat menjadi sebuah budaya bagi peserta didik. Bahan bacaan yang digunakan adalah buku di luar buku pelajaran, dengan disesuaikan minat dan keinginan peserta didik.

b. Membuat pojok baca di setiap kelas dengan buku bacaan di luar buku pelajaran. Sebagian besar sekolah, buku yang ada di pojok baca disediakan oleh orang tua peserta didik, tetapi ada juga sekolah yang membuat pojok baca dengan buku koleksi dari perpustakaan sekolah. Pojok baca merupakan perpanjangan dari perpustakaan yang ada di tiap kelas dengan desain yang menarik dan diatur sendiri oleh peserta didik. Melalui kegiatan membaca di pojok baca maka secara perlahan akan menciptakan sebuah budaya membaca di kelas sehingga minat baca peserta didik menjadi meningkat.

c. Menciptakan lingkungan yang kaya teks. Lingkungan ini diciptakan sekolah dengan berbagai cara, misalnya dengan membuat poster di lingkungan sekolah, majalah dinding, dan menampilkan hasil karya peserta didik di dinding kelas. Lingkungan yang kaya teks, juga secara langsung maupun tidak langsung membentuk budaya literasi. Adanya mading dan poster yang berada di lingkungan sekolah menjadi faktor yang membantu dalam membangun lingkungan ramah literasi.

2. Strategi Kegiatan Literasi Tahap Pengembangan

          Strategi kegiatan literasi untuk meningkatkan minat baca peserta didik di sekolah dasar pada tahap pembelajaran (Sukma, 2021) adalah:

a. Pada setiap pembelajaran, ada kegiatan membaca di awal, tengah, atau menjelang akhir pelajaran. Melalui kegiatan membaca pada saat pembelajaran berlangsung, baik di awal,tengah, atau menjelang akhir pelajaran, memberikan pemahaman pada peserta didik bahwa kegiatan membaca merupakan bagian dari pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini diharapkan dapat membiasakan membaca ketika belajar di rumah, dan pada akhirnya meningkatkan minat membaca peserta didik.

b. Melakukan pembelajaran yang dapat meningkatkan literasi, dengan menggunakan berbagai metode dan media seperti buku gambar, video atau pre-teks yang ditampilkan pada LCD, dan sebagainya. Pembelajaran dengan berbagai metode dan media, menjadi sebuah pengalaman belajar bagi peserta didik dalam memahami materi pelajaran.

c. Melakukan pembelajaran di perpustakaan pada saat-saat tertentu, baik secara periodik maupun secara incidental.

 

PENUTUP

           Literasi adalah keahlian yang berhubungan dengan kegiatan membaca, menulis, dan berpikir yang berfokus untuk peningkatan kemampuan memahami informasi secara kritis, kreatif dan inovatif, literasi bukan hanya sekedar membaca dan menulis tetapi meliputi keterampilan berpikir kritis memanfaatkan sumber pengetahuan yang berbentuk cetak, visual, maupun digital. Salah satu program yang dijalankan pemerintah adalah Gerakan Literasi Sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa yang diintegrasikan dengan kurikulum pembelajaran. Kegiatan ini tentu saja membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik pihak orang tua, guru, sekolah, maupun siswa, agar program ini dapat terlaksana dan memiliki hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Antoro, B. (2017). Gerakan Literasi Sekolah dari pucuk hingga akar. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Aswat, H., & Nurmaya G, A. L. (2019). Analisis Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas Terhadap Eksistensi Dayabaca Anak Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(1), 70-78.

Alwasilah, A. Chaedar. 2001. Membangun Kota Berbudaya Literat. Jakarta: Media Indonesia.

Boston, Allyn dkk., 1991. Language Arts: Content and Teaching Strategies. New York: Max Well Macmillan International Publishing Group.

Budiharto, B., Triyono, T., & Suparman, S. (2018). Literasi Sekolah sebagai Upaya Penciptaan Masyarakat Pebelajar yang Berdampak pada Peningkatan Kualitas Pendidikan. SEUNEUBOK LADA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Sosial, Budaya Dan Kependidikan, 2(2), 153--166.

Cooper, J.D. 1993. Literacy: Halping Children Construct Meaning. Boston Toronto: Hougton Miffin Company.

Chairunnisa, C. (2018). Pengaruh Literasi Membaca Dengan Pemahaman Bacaan (Penelitian Survei Pada Mahasiswa Stkip Kusumanegara Jakarta). Jurnal Tuturan, 6(1), 745.

Gogahu, D. G. S., & Prasetyo, T. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis E-Bookstory Untuk Meningkatkan Literasi Membaca Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 1004-1015.

Khaira, U., & Basri, I. (2017). Dengan Teknik Group Cloze Dan Teknik Group Sequencing Siswa Kelas Viii Smp Negeri 31 Padang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 61(1).

Lawalata, A. K., & Sholeh, M. (2019). Pengaruh Program Literasi Terhadap Minat Baca Dan Prestasi Belajar Siswa Di Smp Islam Al-Azhaar Tulungagung. Inspirasi Manajemen Pendidikan, 7(3), 1-12.

Purwati, S. (2017). Program Literasi Membaca 15 Menit Sebelum Pelajaran Dimulai Untuk Mningkatkan Hasil Belajar Membaca Dan Menghafal Surah Pendek. Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, Sains, Dan Humaniora, 3(4), 663-670.

Putri, D., & Ramadhan, S. (2019). Korelasi Keterampilan Membaca Pemahaman dan Keterampilan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Siswa Kelas Vii Smp Negeri 4 Pariaman. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 8(1).

Sukma. (2021). Strategi Kegiatan Literasi Dalam Meningkatkan Minat Baca Peserta Didik Di Sekolah Dasar. Jurnal Varidika, 3(1), 11--20.

Sukma, E., Mahyuddin, R., & Suriani, A. (2019). Literasi Membaca Puisi Guru SD. Jurnal Inovasi Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar, 3.

Sari, Y., Syahrul R, Yulianti R. (2018). Hubungan Antara Keterampilan Membaca Pemahaman Dengan Keterampilan Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Siswa Kelas X Smk Negeri 3 Padang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 7(3).

Sarkiyah. 2017. Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di Kelas 1 MadrasahIbtidaiyah Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota. Jurnal Kreatif Tadulako, 4(4).

Widiyono, S., & Nurhayati, A. S. (N.D.). Mendidik Anak Dengan Literasi Menuju Pendidikan Yang Berkualitas. 15.

 

          

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun