Dengan penuh keberanian,a ku membalikkan tubuhku dan menghadap Asra. Aku berjalan mendekatinya dengan wajah yang tertunduk. Aku ingin bertanya dan meminta Id Line namun saat itu hatiku sangat kacau. Asra pun terkejut melihat aku berjalan mendekatiku. Wajahnya memerah sama saat dia memilih minuman ringan menjadi kopi espreso pahit.
Dia melihat wajahku, Asra berusaha menenangkan diri. Dia sepertinya mengerti aku ingin mengatakan sesuatu. Kemudian dia tenang dan aku memberanikan diri untuk berbicara yang ada dipikiranku, "Anu, tolong jangan beri tahu siapapun di sekolah tentang kita dan pertemuan kita hari ini! Jujur, ini semua kejadian yang memalukan."
Dia pun membalasknya dengan satu kata singkat sambil menganggukan kepalanya, " Oke."
"terima kasih," aku pun membalikkan badan ku dan meninggalkannya menuju ke keluargaku. Ketika aku ada di mobil dan ayahku mulai mengemudikan mobil, di situ saya baru ingat bahwa aku lupa meminta ID Line untuk kegiatan besok. Ku harap dia datang tanpa tahu informasi dari grup Line.
Agar aku tidak lupa, aku membuat grup Line buat Tim perlengkapan saat itu juga meskipun aku belum mendapatkan ID Line dari Asra. Saat ku tanya pada teman-teman mereka juga tidak ada yang tahu ID Line miliknya karena dia termasuk pria peneyndiri. Aku menginginkan ID Linenya.
Pagi ini aku terbangun dengan rasa penyesalan yang cukup banyak. Bagaimana tidak, aku sudah menabrak orang yang kusuka. Kemudian orang yang kusuka itu berada dalam satu tim kepanitiaan. Lalu hal yang lebih parah, keluargaku dan keluarganya bertemu bagaaikan acara tunangan keluarga di suatu restoran. Rasa malu itu membludak dalam diriku.
Pagi ini aku merasa tidak semangat dan ku paksakan untuk berangkat ke sekolah. Aku hanya berjalan murung menuju ruangan kelas. Ketika aku berjalan masuk ke ruang kelas ternyata aku berpapasan dengan Asra. Dengan rasa malu, aku mengacuhkannya seperti tidak ada kejadian apapu. Timbullah rasa bersalah di dalam diriku. Aku lupa bahwa aku menginginkan ID Line untuk berkert=ja di alam tim perlengkapan. Bodohnya aku melewatkan hal itu.
Pelajaran berjalan seperti biasa tak ada hal yang menggangguku selai Asra. Dia seperti hantu dikepalaku. Meskipun aku bisa konsentrasi belajar namun, Asra masih tetap terngiang dikepalaku sehingga aku sulit untuk melupakannya.
Pada waktu istirahat, kami bercanda, bersendagurau, dan mengobrol bersama-sama. Kebetulan kami sedang membicarakan mengenai ID Line. Banyak diantara kami yang merahasiakan ID Line kami. Begitu pula dengan bagi Asra, dia diam dan tak mau memberikan ID Linenya.
Jangankan mengobrol, sudah mengeluarkan sepatah dua kata itu pun sudah bagus, baginya istirahat adalah waktu luang untuk dirinya membaca sebuah novel atau light novel dikala pelajaran sekolah usai. Aku ingin sekali mengobrol dengannya namun dia sedang asik dengan bahan bacaannya. Lagipula dengan kejadian kemarin, aku akan lebih sulit bekomunikasi dengannya.
Aku harus melupakan kejadian kemarin dan berusaha mengetahui ID Line dari Asra. Bagaimanapun juga, Asra harus mendapatkan informasi mengenai kegiatan tim perlengkapan.