Aku hanya menjadi penonton adu mulut antara mereka. Bergantian mereka memberikan penjelasan padanya. Namun mata pisau itu semakin mendekat ke perut istriku. Mereka tidak punya pilihan lagi. Selain menuruti keinginan anak perempuannya itu. Mereka tampaknya sadar, malu karena membatalkan rencana pernikahan lebih baik daripada nyawa seseorang melayang.
Kami pun melangsungkan pernikahan. Hanya akad nikah, tanpa resepsi. Setelah itu kami memilih tinggal di kota ini, menjauh dari kehidupan mereka. Kami ingin membuktikan bahwa kebahagian bisa kami raih tanpa sokongan materi dari mereka.
Kami menyewa rumah kontrakan ini. Tidak menunggu lama, istriku diterima bekerja di sebuah kantor perusahaan. Sedangkan aku kerap menerima undangan sebagai pembicara dalam suatu kegiatan yang berhubungan dengan menulis. Sejauh ini aku bisa membuatnya bahagia. Tapi berbeda denganku, sejak roh jahat itu hadir dalam diriku, aku mulai muak bersamanya.
Lihatlah! Aku tidak tertarik lagi untuk mencampurinya malam ini. Roh jahat itulah yang menutupi segala hasratku padanya. Kupandangi dia yang terbaring di atas ranjang, tampaknya sudah terlelap. Aku menyudahi segala kepurapuraanku menulis puisi selama lebih dari satu jam. Yang tertulis di atas kertas hanya beberapa baris saja.
Aku beranjak dari posisiku, mengambil pisau di dalam laci. Aku terdiam sejenak di samping istriku. Kupandangi wajahnya yang cantik. Ahh, aku berubah pikiran. Kusingkirkan pisau yang ada di tanganku. Kuletakkan di atas meja. Ada cara lain untuk membunuhnya, tidak harus menumpahkan darahnya.
Aku semakin mendekat dengannya. Kuarahakan kedua tanganku pada batang lehernya itu.
/6/
Ramai diberitakan pasangan suami istri yang mendiami kontrakan di perumahan X meninggal dunia. Hasil investigasi kepolisian menyatakan; sebelum sang istri bunuh diri dengan cara mencekik lehernya sendiri, dia terlebih dahulu membunuh suaminya.
Sebuah pisau yang tertancap di tubuh suaminya menjadi bukti kuat bahwa sang istrilah yang melakukan itu. Diduga motif sang istri sudah sangat klise dan umum dijumpai di negeri ini, lantaran permasalahan ekonomi.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H