Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Roh Jahat dalam Diri Penyair

25 Maret 2019   11:14 Diperbarui: 27 Maret 2019   18:59 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi penyair. (sumber: kintaka.co)

"Akan kubuktikan itu," katanya memegang daguku untuk pertama kali.

Kusudahi ingatanku pada awal-awal pertemuan kami. Ia masih nyaman duduk di bawah jendela. Kelamaan menunggunya, rasa kantuk menyerangku sangat keterlaluan. Tidak bisa ditorerir lagi. Dengan terpaksa kuperbaiki posisiku, kupejamkan mataku, aku memunggunginya. Terlebih dahulu aku memecahkan konsentrasinya, terpaksa kulakukan itu. "Kalu semuanya sudah selesai, kuharap kau membangunkanku," teriakku padanya. Ia tidak membalas dengan kata-kata, hanya menyunggingkan senyum manisnya.  

Aku pun terlelap. Namun tidak berselang lama aku merasakan ada sesuatu yang mencekik batang leherku.

/5/
Aku dan istriku tidak butuh waktu lama saling kenal kemudian melangsungkan pernikahan. Namun pernikahan kami rumitnya minta ampun. Keluarganya sangat menentang keras kenekatanku untuk mempersunting istriku. Alasan mereka sangat klise, lantaran aku hanyalah lakilaki yang tidak dianugerahi harta yang menumpuk. Menyambung hidup saja aku mengandalkan karyakaryaku yang jauh dari cukup. Mereka memandangku tidak akan bisa membahagiakannya.

Dan ada alasan lain sehingga mereka menentang keras. Istriku saat itu telah memiliki tunangan pilihan orang tuanya. Bahkan pernikahan keduanya tinggal menunggu waktu yang tepat. Aku terbilang lakilaki berani, sudah kutahu tentang itu dari penjelasan istriku. 

Tapi bukan menjadi penghalang bagiku untuk bertamu ke rumahnya. Menyampaikan maksud baik untuk mempersuntingnya. Kehadiranku tentu dianggap lelucon oleh mereka. Bagaimana mungkin aku nekat menikahi seorang perempuan yang telah bertunangan dengan lakilaki lain. Kedatanganku yang pertama gagal total, aku ditolak mentahmentah.

Dua minggu setelah itu aku kembali lagi dengan maksud yang sama. Adegan alot dan dramatis terjadi. Betapa istriku kebelet bersamaku, dia sangat tidak menginginkan tunangannya itu menjadi suaminya.

"Seribu kali pun kau datang ke rumah kami. Tidak akan bisa mengubah keadaan. Apa kau sudah gila? Nekat meminang anakku padahal sebentar lagi dia ingin dipersunting tunangannya," kata mertua lakilaki, emosinya berapiapi.

Bergantian keluarga mereka mengatangataiku. Mulai dari pamannya, mertua perempuan, hingga abangabangnya. Bahkan salah satu abangnya sudah melayangkan pukulan keras ke wajahku. Mulutku berdarah. Saat itulah istriku tidak bisa tinggal diam. Suasana semakin menengangkan.

Aku tidak tahu istriku mendapat bisikan darimana untuk mengancam mereka. Dia mengambil pisau. Ia akan melakukan bunuh diri andai tidak merestui hubungan kami. Bercucuran air mata istriku memohon pada mereka untuk membatalkan rencana pernikahannya dengan tunangannya itu.

"... apa artinya hidup jika jalan seorang anak selalu dihalanghalangi oleh orang tua. Tidak selamanya aku harus patuh dan tunduk pada telunjuk kalian. Aku berhak menentukan sendiri pendampingku kelak. Akulah yang menjalani sendiri kehidupanku, bagaimana mungkin kalian sampai hati memaksaku melakukan itu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun