Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Ketika Anak Meminta Ibunya Berhijab

10 Februari 2018   07:50 Diperbarui: 11 Februari 2018   02:58 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: hanguppictures.com

"Begini, yang terpenting kan hatinya dulu dimantapkan baru penampilannya. Kan banyak tuh perempuan sekarang pakaian tertutup tapi kelakuannya tak senonoh," timpal Kamarudin.

"Saya sepakat dengan Bapakmu. Pada intinya hati dulu yang harus dibenarin. Percuma kan tubuh ditutupin tapi tetap saja melakukan maksiat." 

"Tidak mesti harus baik dulu hatinya baru berhijab. Tidak begitu pesan Allah dalam Quran. Tidak ada juga hadits nabi seperti itu. Urusan kebaikan hati dan berhijab dua sisi yang berlainan. Kalau nunggu hati baru mantap kemudian berhijab, bagaimana kalau hati nggak pernah mantap-mantap? Nggak akan berhijab kalau memang begitu prinsipnya. Sementara berhijab adalah kewajiban."

Suasana lengang beberapa detik. Semua tampak sibuk menyantap makanannya. 

"Mamah tentu tidak ingin jadi munafik," ketus Salmia.

"Lha, kenapa harus munafik si Mah?"

"Percuma kan berhijab jika kemudian hari dilepas juga."

"Itu tergantung  kekuatan niatnya, Mah. Kalau memang dari awal berhijab niatnya ingin memperbaiki diri dengan menjalankan apa yang diperintahkan Allah. Insya Allah akan konsisten. Tapi kalau niatnya sudah keliru, misalnya karena mengikuti tren kekinian, karena gengsi lantaran tetangga sudah berhijab, atau karena mau disanjung begini dan begitu. Itu berhijabnya bukan karena Allah. Dan, jangan heran jika dikemudian hari ia kembali memarikir hijabnya."

Mendengar penjelasan Aida. Kamarudian dan Salmia tidak tahu harus menanggapi kayak bagaimana lagi. Ia hanya bungkam, menghabiskan sisa makanannya. 

***

Suatu hari saat Aidah  telah selesai memurojaah hapalan Qurannya. Ia keluar kamar dan mendapati ibunya tengah berhijab. Aida menyunggingkan senyum di balik cadarnya. Ia menganggap perkataannya kemarin di meja makan, saat ia secara halus meminta pada ibunya untuk berhijab dicerna baik-baik oleh Salmia. Buktinya ia mantap berhijab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun