Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pacarku Seorang Pelacur

28 Juli 2017   21:56 Diperbarui: 28 Juli 2017   22:29 4657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam minggu kali ini rasa penasaran Parman luluh seketika hanya dengan kata-kata Pinasti. Walau sebenarnya dia selalu dihantui spekulasi Paman Dali.

Masih melekat dalam ingatan Parman awal pertama kalinya di bertemu dengan Pinasti. Saat itu tepat jam dua belas malam. Perjalanan pulang menuju rumahnya, sedikit dalam keadaan mabuk, lantaran baru selesai minum tuak di rumah rekannya. Begitulah kebiasaan Parman kalau lagi setres, jalan satu-satunya adalah minum minuman keras. Dia juga kerap kali hadir di meja-meja judi. Walaupun berlagak preman, namun Parman dikenal sebagai pemuda yang berjiwa sosial yang tinggi. Tatkala dia lagi dinaungi keberuntungan di meja judi, dia tak tanggung-tanggung menyumbangkan hasil judinya untuk pembangunan Masjid. Dia juga sering memberi makan kepada kaum duafa. Tanpa ada rasa bersalah dalam dirinya kalau semua itu diperoleh dari jalan yang haram.

Jauh dari perumahan penduduk, dari kejauhan Parman mendapati tiga orang laki-laki yang sedang membuntuti seorang wanita. Dan perempuan itu adalah Pinasti. Tatkala mereka sudah siap untuk memperkosa Pinasti. Parman tiba-tiba menjadi pahlawan tengah malam. Dia menghajar ketiga laki-laki itu hingga tak berdaya. Saat kejadian itu, Pinasti menaruh kekaguman yang mendalam pada sosok Parman. Begitupun dengan Parman, diam-diam dia mulai mencintai Pinasti sejak pandangan pertama.

Dua bulan sejak kejadian itu. Parman mengungkapkan rasa cintanya pada Pinasti. Tanpa berfikir panjang, tanpa menimbang-nimbang terlebih dahulu. Pinasti menerima dengan setulus hati ajakan Parman untuk pacaran. Sejak saat itulah mereka terikat jalinan asmara yang lebih serius. Bahkan kini Parman tengah sibuk mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk meminang Pinasti.

Sebenarnya dari dulu Parman menaruh curiga pada kekasihnya itu. Dia sering mendapati Pinasti dijalan saat menjelang waktu fajar tiba. Entah Pinasti dari mana, penampilannya saja terlihat ganjil, tidak seperti penampilan wanita pada umumnya. Awalnya Parman tidak berfikir yang macam-macam. Namun seiiring berjalannya waktu, dia mulai menaruh curiga tatkala dia sudah berulang kali mendapati Pinasti seperti itu. Kuat dugaan Parman, jangan-jangan semua itu ada kaitannya akan pernyataan Paman Dali beberapa hari yang lalu. Bahwasanya ada sesuatu yang disembunyikan Pinasti tanpa sepengetahuannya.

Masih seperti malam minggu kemarin. Selalunya Kedai kopi milik Bang Wahyu adalah tempat andalang bagi Pinasti dan Parman untuk bertemu. Disamping tempat itu romantis juga jauh dari serangan gosip orang-orang disekitarnya. Mereka bahkan betah tiga jam nongkrong di Kedai itu.

Kali ini Parman masih mencari tahu apa sebenarnya yang dirahasiakan Pinasti darinya. Sayangnya tatkala memandangi wajah Pinasti niatnya untuk mengintrogasinya dia urungkan lagi. Paradigmanya yang menaruh kecurigaan pada pacaranya luluh seketika. Saat wajah cantik itu terpampang jelas dikedua pelupuk matanya.

"Aku ingin mas jangan terlalu mudah percaya sama omongan orang-orang diluar sana" cetus Pinasti

"Maksud kamu apa? Kok tiba-tiba bicara seperti itu sih sayang"

"Bisa jadi besok-besok mas dengar gosip miring kalau aku ini orangnya begini dan begitu"

"Kamu tahu kan sayang. Selamanya saya akan selalu berada dipihak kamu. Saya akan lebih percaya perkataan kamu. Jangan cemaskan itu, saya ada didunia hanya untukmu. Karena saya sangat mencintai kamu" Parman menyeruput secangkir kopi yang mulai mendingin dihadapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun