Mohon tunggu...
Kundiharto
Kundiharto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Psychology Student

Deep interest in the fields of Information Technology, Psychology, Marketing, Management, and Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Benarkah Dunia Kita Rusak?

9 Oktober 2024   19:59 Diperbarui: 9 Oktober 2024   23:55 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pexels/Valentin Antonucci

Dalam upaya kita untuk memajukan peradaban, kita sering lupa bahwa kita hanya punya satu Bumi. Eksploitasi yang kita lakukan terhadap sumber daya alam membuat planet ini semakin rapuh.

Masalahnya, meskipun kita sudah memiliki teknologi yang begitu canggih, banyak dari kita yang masih terjebak dalam mentalitas yang sama seperti nenek moyang kita: dunia yang keras dan penuh persaingan. Saya sering melihat bagaimana orang berjuang untuk mempertahankan apa yang mereka miliki, bahkan jika itu berarti mengabaikan penderitaan orang lain. 

Mentalitas ini diwarisi dari masa-masa ketika manusia harus berjuang mati-matian untuk bertahan hidup, ketika sumber daya sangat terbatas dan hanya yang terkuat yang bisa bertahan. Tapi, hari ini, dengan semua kemajuan yang ada, kenapa kita masih terjebak dalam pola pikir seperti itu?

Ini membuat saya berpikir bahwa tantangan terbesar kita di abad ke-21 bukanlah kekurangan teknologi atau pengetahuan, tetapi ketidakmampuan kita untuk beradaptasi dengan dunia modern yang telah kita ciptakan sendiri. 

Kita memiliki segala sesuatu yang kita butuhkan untuk menciptakan dunia yang lebih baik, tapi kita sering kali terhambat oleh naluri dasar kita---ketakutan akan perubahan, ketidakpedulian terhadap penderitaan orang lain, dan hasrat untuk mempertahankan apa yang kita miliki.

Ketika saya berbicara dengan orang-orang di sekitar saya, saya sering mendengar ketakutan ini. Banyak yang merasa cemas tentang masa depan, takut bahwa perubahan yang sedang terjadi akan merenggut apa yang mereka miliki.

 Mungkin ini sebabnya mengapa banyak orang menolak gagasan untuk mengambil tindakan yang lebih besar terhadap perubahan iklim atau kesenjangan sosial. Perubahan selalu menakutkan, terutama jika kita tidak tahu ke mana itu akan membawa kita.

Namun, saya juga melihat bahwa rasa takut dan ketidakpedulian ini menjadi penghalang kemajuan sosial yang sangat besar. Ketika kita terlalu fokus pada apa yang kita miliki sekarang, kita sering mengabaikan peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. 

Kita mungkin tidak menyadarinya, tetapi dengan tidak beradaptasi dengan dunia modern, kita hanya memperlambat potensi kita untuk maju lebih jauh.

Dunia hari ini sangat berbeda dari dunia di masa lalu. Kita sudah tidak lagi hidup di zaman di mana manusia harus berjuang untuk bertahan hidup setiap hari. Tetapi, naluri dasar itu masih ada dalam diri kita---rasa takut, rasa ingin memiliki, dan ketidakpedulian. 

Tantangan terbesar kita sekarang adalah bagaimana mengatasi naluri-naluri ini dan mengarahkan diri kita menuju masa depan yang lebih cerah. Dengan teknologi yang kita miliki, tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa menciptakan dunia yang lebih adil, lebih berkelanjutan, dan lebih manusiawi bagi semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun