Tidak menafikan, beberapa tahun terakhir, kemajuan masyarakat desa sangat terasa khususnya terkait teknologi. Â Tetapi sekali lagi harus diingat (dan dipertanyakan), apakah hal tersebut merupakan keberhasilan program pemerintah, ataukah itu merupakan aksi swadaya dari masyarakat desa sendiri.
Semestinya, pemerintah memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat desa untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, bukan hanya sekedar memberikan bantuan atau program yang sifatnya fisik dan (katanya) bersifat pembangunan ekonomi. Â
Namun kenyataannya, ini hanya seperti memberi ikan kepada nelayan, bukan kail, kapal, atau bahkan teknologi budidaya ikan atau pengolahannya. Â
Pada akhirnya, setelah program 'ikan' itu selesai, ya selesai sudah semuanya. Â Program 'bagi-bagi ikan' ini akhirnya tampak seperti 'kegiatan menghabiskan anggaran'. Â Padahal, mungkin tidak ada maksud demikian. Â
Tetapi karena perencanaan dan ide-ide yang kurang sempurna dalam menyusun program pembangunan masyarakat.Â
Pola-pola seperti ini berlangsung bertahun-tahun tanpa adanya evaluasi yang jelas. Â Bila ada evaluasi pun, itu hanyalah (bersifat) administratif saja, bukan terhadap inti kegiatan. Â
Tanpa adanya evaluasi, bagaimana kita mengharapkan program selanjutnya menjadi lebih baik. Â Contoh lain program tanpa evaluasi adalah bansos bantuan langsung tunai (BLT). Â
Bertahun-tahun BLT diberikan pada masyarakat desa (dan kota juga) yang miskin, apakah sudah memberikan dampak positif. Â Apakah kemiskinan di desa berkurang dengan pemberian BLT ini? Â
Perlu ada evaluasi yang mendalam. Â Kasat mata saja, jumlah penerima BLT tidak berkurang setiap tahunnya!
Jadi, apa yang inti dan diperlukan masyarakat desa untuk berkembang? Â
Untuk dapat berkembang, masyarakat desa tidak hanya membutuhkan modal material (dana/BLT/kredit bunga ringan), tetapi juga membutuhkan modal immaterial. Â