Mohon tunggu...
Konstantin Beda Keda
Konstantin Beda Keda Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Negeri Amar

hobi saya adalah bernyanyi dan menulis karya seni.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbunuh Sepi

29 September 2022   09:17 Diperbarui: 29 September 2022   09:25 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu rasanya teramat membosankan dikala hadir menyelimuti  jiwa yang berada dalam kesendirian. Setiap insan yang memiliki jiwa demikian terkadang tertati-tati mencoba meleraikan suasana itu dengan menciptakan aktifitas baru, hingga jiwa tak lagi merasa kosong dan hampah. Hingga jiwa tak lagi merasa berada dalam kesendirian. Namun demikian, ada juga yang tak mampuh membahagiakan jiwanya dikala sepih tak kunjung jua berlalu. Meskipun  ia sudah berusaha mencoba menghiasi paruh jiwanya dengan sekeping kreasi.

Kini waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam dan Robi masih tampak sedang mengelamun di depan teras rumah. Matanya tak berkedip menatap bintang di langit, sementara ada sebuah gitar dipangkuannya sejam yang lalu sudah tidak didengungkan lagi.  Sepertinya ada banyak hal yang sedang dipikirkannya.

" Robi...ko lagi buat apa ka? " terdengar ada suara yang muncul dari arah kanan samping rumah Robi.

" ahh,.. tarada pace. Tau to...sendiri jadi! " sahut Robi

" sedih sampe. Jangan terlalu berlebihan menghayal, Nanti frustasi lagi ! Mendingan ko mainkan sebuah lagu untuk hibur  tong semua ka !"

" malam ini za rasa kaya lain skali sodara. Kaya tara ada gairah skali ka. za su malas menyanyi. Sodara jang mara eww, nanti besok-besok baru za mainkan! Mendingan ko kesini sudah, biar tong cerita-cerita ka !" 

" hahahhaa....sedih skali yoo. Iyo sudah, za kesitu " sahut si pemilik suara itu.

Si pemilik suara itupun bergegas ke rumahnya Robi. Ternyata ia adalah sahabat baik Robi sendiri. Mereka adalah patner kerja yang sama-sama mengabdikan diri sebagai guru di wilayah terpencil tepatnya di Desa Omawita, Distrik Mimika Timur Jauh. si pemilik suara itu adalah Toni.

" bagaimana pace. Ko cerita ka ! " sahut Toni  sambail menghampiri Robi.

" biasa, sodara! Ya....soal hayalan di malam minggu. Tau to? "

" hahahahha... pasti lagi pikir mace di kampung ka apa? " 

" itu lagi. Ko su tau mo. Pake acara tanya lagi "

" habis za liat ko pung cara pandang langit saja kaya ada masalah besar ka ! " siul Toni menghibur Robi.

" itu sudah!  Za su tatap bintang-bintang itu su satu jam yang lalu  ka apa. tarada yang jawab oww !"

" hahhahhaha...ko su gila ka apa. Tara lama ko bisa pusing-pusing sendiri itu. begini-begini yang nanti buat tong pung prasaan makin frustasi pace. Mendingan tong dua main-main di ibu guru dorang pu rumah sudah. Biar tong bisa berbagi cerita dengan dorang. Dari pada ko galau sendiri disini" sahut Toni keheranan.

" iyo sudah " jawab Robi

Robi dan Toni langsung bergegas menuju ke rumah tempat tinggal para ibu guru. Ada empat orang ibu guru yang tinggal bersama dalam satu rumah. Robi, Toni, Sherly, Wendy,  Angel dan Lusia adalah sahabat sekaligus patner kerja yang cukup baik. Mereka sama-sama sebagai Tenaga pendidik yang mengabdi pada sekolah SMP Negeri Omauga yang berada di wilayah terpencil Kabupaten Mimika. Persahabatan baik yang terjalin diantara mereka kerab tumbuh dari waktu ke waktu sehingga membuat kebersamaan mereka semakin terisi dengan berbagai suka dan duka.

 " selamat malam saudariku semua "  Toni menyapa saat mengetuk pintu

" malam juga " jawab ibu guru berempat serempak sambil membukakan pintu.

" kalian lagi buat apa ka? Su pada makan semua, iyo? " Tanya Toni sambil melihat Sherly

" tong ada cerita anak-anak di sekolah tadi. Tong su makan dari tadi. Baru kalian su makan? " Sherly tanya balik

" iyo, za sudah. baru Robi sudah? " Tanya Toni sambil meliat ke arah Robi

" ni malam za kaya tara ada napsu makan  eww" jawab Robi

Jiwa ternyata masih kesepian ketika galau dan gunda tak lekas jua berlalu. Rasa lapar terasa sangat jauh dan sulit mendekati raga. Itulah yang dialami Robi disaat ia berada dengan teman-temannya.

" hemmmmm...mungkin terlalu banyak minum kopi ka apa? Maklum, orang flores muka kaya kopi jadi " Wendy mencoba mengusik Robi.

"kaya tau skali ka. Tarada mo"  jawab Robi dengan nada sedih

" pace ko ini malam kaya lain skali ka. Ingat mace ka apa "  Lusia menyambung pembicaraan dari arah dapur

" itu sudah. tadi za liat dia duduk melamun sendiri oww. Kaya orang lagi stress begitu. Makanya za ajak dia main-main kesini. Siapa tau galau bisa hilang ka" Toni mencoba bercanda

" kalian ini, kaya tau skali ka " Sahut Robi sambil tersenyum tersipu

" habis ko murung skali jadi. Ada apa ka..? Laki-laki juga galau sampe " Angel berusaha mencari tahu

" tra tau eww, ni malam za rasa za pung jiwa ini kaya kosong skali eww. za pung pikiran ini kaya ingat mace terus. dari tadi kalian bercanda saja za  pu pikiran kaya lari di lain tempat. tau lagi eww. "  Robi menjelaskan perasaannya

" Hemmmm...dasar orang flores. Sepih saja pake acara puitis lagi. Maniso sampe" sahut Wndy

" iyo ew, dorang pung maniso saja..Tuhan tolong "  Toni menyambung canda Wendy sambil tertawa

Malam minggu kali ini ternyata malam yang  tak berpihak pada kebahagiaan Robi. Malam yang dijadikan sebagai istilah trend kaum muda untuk melepaskan sejenak lelah  dan frustasi dengan menikmati berbagai aktifitas hiburan, ternyata dinikmati Robi dengan sia-sia. Sudah sejam berlalu melewati perbincangan yang diselimuti canda dan tawa bersama teman-temanya, namun tidak ada sedikitpun  keceriaan yang terpampang pada raut wajah Robi. Pikiranya masih saja dihantui dengan seorang gadis pujaannya yang jauh di Pulau Flores -- Nusa Tenggara Timur. Ia lantas memutuskan untuk menyendiri lagi.

" besodara dorang semua, dari pada za jadi tamba frustasi mendingan za pamit dulu eww. Za mau buat puisi satu untuk mace dulu. Mungkin itu bisa buat za jadi tenang ka." Robi mohon pamit dengan teman-temannya

" baaaah, begitu skali ka  !" sahut Lusia sambil menggelengkan kepala dan tersenyum

" iyo sudah. dari pada ko seperti orang mati suri, mendingan ko pi tenangkan otak sendiri dulu. Tapi awas, nanti jadi gila benaran lagi " Angel tertawa keheranan

" iyo sudah. jangan marah ewww. ini malam za kurang mut jadi. Za pamit duluan sudah "

" iyo sudah. selamat malam. " teman-temannya  Robi menjawab serempak

Tak ada rotan, akar pun jadi. Inilah pepatah yang selalu diucapkan ketika orang hendak mencari sebuah solusi untuk jalan keluar dari sebuah masalah. Begitu juga dengan Robi yang ingin mencari solusi untuk mengatasi kegalauan jiwanya. Ia berusaha keluar dari keterkukungan jiwa yang hampa dan kosong lantas kesendiriannya yang selalu membayang-bayangi kekasih hatinya yang jauh. Ia memilih untuk melampiaskan semua emosi jiwanya di atas sebuah kertas kosong. Mungkin dengan begitu ia bisa merasa tenang. Penahpun akhirnya bergerak, iapun mulai mengemas rasanya dengan goresan awal pena..., 

TERBUNUH SEPIH

Laksana bangsal menyimpan kematian

jiwa  perlahan mulai tak waras

Raga kian mati suri

Tak tahu arah jalan pulang

Sasar pada penantian yang kapan entah

Entahkah kau masih setia menantiku  disana?

Entahkah pengharapan panjang  ini masih kau hargai?

Ahhh...entalah.  Aku pun tak tahu

Dinda...

Telah berpuluh-puluh kali ku kosongkan jiwaku untuk dilacuri sang malam

berharap sang pemilik gelap itu hadirkan seberkas cahaya dalam jiwa

lantas ku tahu ia kerab akrab dengan sang terang

meskipun ku tak tahu akhir jua  hanyalah sia-sia

Ku biarkan lagi jiwaku berdiri di atas sehelai kertas usang

Ku biarkan juga  tanganku tertati-tati  memainkan pena

Laksana anjing mengintai

mengonggong mengisahkan makna dibalik rasaku

Dinda...

Akankah kau tahu dibalik judul yang kutuliskan?

Mampuhkah kau selami dasar jiwaku saat ini?

Tahukah engkau betapa hati ini kian tersika? 

Tahukah engkau betapa malam ini tak bosan-bosanya diriku memikirkanmu?

Adakah getaran  peka dibatinmu kala engkau tengah kurindui?

Ataukah barangkali kau anggap ini hanyalah sandiwara semata?

Atau tak sudi kau pikirkan lantas kebersamaan yang tak pasti?

Dinda...

Kenyataan tak mampuh untuk menipu diriku disini

Malam ini telah tercatat dalam satu lembar kertas

Ada jiwa yang hampa dari keberadaan raga

Terbunuh oleh sepih yang berkepanjangan

Omauga, pada suatu malam...

Teriring salam dan doa !

................................................................"".......................................................

Robi pun akhirnya menyelesaikan picisan puisinya. Dari jidatnya kini menampakan keceriaan dari yang sebelumnya mengkerut. Ia mulai merasa legah setelah menuangkan emosi jiwanya di atas selembar kertas. Ia sangat berharap kekasih hatinya bisa merasakan apa yang  ia rasanya. demikian gambaran yang terpampang dalam tulisan puitisnya.

Waktu pun terus berlalu melewati malam minggu yang panjang. Tuntutan sikon memaksa Robi terpaksa bergegas untuk beristirahat. Robi akhirnya memutuskan untuk berhenti sejenak memikirkan kekasihnya dan beranjak ke tempat tidur.

" selamat tidur Adindaku. Temui rinduku dalam mimpimu. Tuhan sayang dan jaga selalu. " Robi mengucapkan kalimat terakhirnya dan terlelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun