Mohon tunggu...
Konstantin Beda Keda
Konstantin Beda Keda Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Negeri Amar

hobi saya adalah bernyanyi dan menulis karya seni.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terbunuh Sepi

29 September 2022   09:17 Diperbarui: 29 September 2022   09:25 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam minggu kali ini ternyata malam yang  tak berpihak pada kebahagiaan Robi. Malam yang dijadikan sebagai istilah trend kaum muda untuk melepaskan sejenak lelah  dan frustasi dengan menikmati berbagai aktifitas hiburan, ternyata dinikmati Robi dengan sia-sia. Sudah sejam berlalu melewati perbincangan yang diselimuti canda dan tawa bersama teman-temanya, namun tidak ada sedikitpun  keceriaan yang terpampang pada raut wajah Robi. Pikiranya masih saja dihantui dengan seorang gadis pujaannya yang jauh di Pulau Flores -- Nusa Tenggara Timur. Ia lantas memutuskan untuk menyendiri lagi.

" besodara dorang semua, dari pada za jadi tamba frustasi mendingan za pamit dulu eww. Za mau buat puisi satu untuk mace dulu. Mungkin itu bisa buat za jadi tenang ka." Robi mohon pamit dengan teman-temannya

" baaaah, begitu skali ka  !" sahut Lusia sambil menggelengkan kepala dan tersenyum

" iyo sudah. dari pada ko seperti orang mati suri, mendingan ko pi tenangkan otak sendiri dulu. Tapi awas, nanti jadi gila benaran lagi " Angel tertawa keheranan

" iyo sudah. jangan marah ewww. ini malam za kurang mut jadi. Za pamit duluan sudah "

" iyo sudah. selamat malam. " teman-temannya  Robi menjawab serempak

Tak ada rotan, akar pun jadi. Inilah pepatah yang selalu diucapkan ketika orang hendak mencari sebuah solusi untuk jalan keluar dari sebuah masalah. Begitu juga dengan Robi yang ingin mencari solusi untuk mengatasi kegalauan jiwanya. Ia berusaha keluar dari keterkukungan jiwa yang hampa dan kosong lantas kesendiriannya yang selalu membayang-bayangi kekasih hatinya yang jauh. Ia memilih untuk melampiaskan semua emosi jiwanya di atas sebuah kertas kosong. Mungkin dengan begitu ia bisa merasa tenang. Penahpun akhirnya bergerak, iapun mulai mengemas rasanya dengan goresan awal pena..., 

TERBUNUH SEPIH

Laksana bangsal menyimpan kematian

jiwa  perlahan mulai tak waras

Raga kian mati suri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun