Andini tidak memungkiri bahwa masalah penghasilan jadi hal yang dikhawatirkan keluarga dan kerabatnya. Belum lagi soal jaminan-jaminan lain yang tidak otomatis didapatkan seperti pekerja kantoran secara umum.
Namun Andini menilai bekerja lepas dan paruh waktu membuatnya lebih bisa mengatur waktu secara mandiri. "Mungkin bisa juga bagi seorang perempuan lebih baik menjadi freelancer karena kelak dia akan menikah dan punya anak, sehingga akan lebih mudah mengatur waktu antara pekerjaan dan keluarga."
Soal kemudahan membagi waktu juga lah yang jadi pertimbangan Aura Asmaradana memilih bekerja lepas. Setidaknya kini ia fokus mengambil proyek untuk 3 bidang yaitu penelitian, penulis, dan editor. Sebagai orangtua tunggal, ia butuh pekerjaan tanpa harus banyak kehilangan momen bersama anak-anaknya yang masih kecil.
Untuk satu proyek sederhana yang dikerjakannya sendiri dengan waktu relatif pendek, ia memperoleh sekitar Rp 500.000 atau lebih. Namun untuk proyek besar yang memakan waktu lebih dari sebulan, timnya bisa mendapat penghasilan puluhan juta. Kalau sudah begitu, target bulanan ke depan pun relatif aman.
Bagi Aura, seorang freelancer harus memastikan sejak awal bagaimana rincian pekerjaan yang ditawarkan untuknya, termasuk soal honorarium dan kapan waktu cairnya.
"Klien menawarkan kerja, kemudian saya dan klien akan mendiskusikan mengenai rinciannya, misalnya, waktu, jenis, kuantitas, dan kualitas produk. Hal-hal rinci itu kemudian menentukan honorarium yang saya terima. Kemudian saya dan klien menegosiasikan jumlah (serta) fase pembayarannya."
Tak jauh berbeda dengan yang diungkapkan Maria Dolorosa Farah Diena, seorang yang menyebut dirinya sebagai pekerja freelance purnawaktu di bidang penerjemahan. Menurut Maria, idealnya freelancer harus menandai kesepakatan kedua belah pihak dengan surat kontrak.
"Pekerjaan sesedikit apapun, perlu ada perjanjian atau ungkapan tertentu yang ditandatangani oleh kedua pihak. Saya juga memilih korporasi yang tidak mengekang, atau melarang karyawannya bekerja untuk lembaga lain. Dengan demikian, saya bisa mengupayakan sumber hidup lain."
Maria yang kini sudah bisa menghasilkan 30-40 juta rupiah perbulan, mengingatkan bahwa seseorang harus punya pertimbangan matang sebelum terjun menjadi freelancer, khususnya soal cara mendapatkan penghasilan.
"Perlu siap-siap juga kalau misalkan di 6 bulan pertama lo gak dapat job. Tantangannya adalah, di banyak waktu tersebut, lo tidak akan menerima upah."