Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sketsa Berhentinya Kopi Liong Bulan yang Fiktif itu

17 Desember 2017   14:29 Diperbarui: 19 Desember 2017   01:52 2942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil mengambil kembalian dari kotak kayu di lemari ia jawab, "engga, Kopi Oplet gak laku di sini. Kalau Kopi Liong Bulan masih lumayanlah."

Yang kau dapat siang itu seperti halnya dalam cerpen Puthut EA "Sarapan Pagi Penuh Dusta". Semua yang telah diyakini sejak lama, hancur begitu saja.

***

Butuh waktu sekitar 30 menit dari warung yang tadi kau singgahi menuju --yang katanya-- pabrik Kopi Liong Bulan. Kawasan industri Nanggewer. Dari jalan raya Jakarta - Bogor, butuh sekitar 5 menit jika berjalan kaki. Dekat. Kalaupun tidak ingin jalan kaki, di depan gang jalan masuk menuju ke dalam ada pangkalan ojek konvensional.

Namun, sial seperti mengikuti kau layaknya bayangan. Setibanya di sana pabrik Kopi Liong Bulan tutup. Hanya tepat di depan pabrik itu ada semacam pos jaga petugas Dishub, seorang diri berjaga. Pos Retribusi, begitu tulisan yang terpampang dengan kertas yang dilaminating dan ditempel di tiang payung. Pos tersebut hanya menggunakan sebuah payung tenda parasol dan satu bangku dari kayu yang bisa untuk duduk 3 orang. Tidak lebih. Tugasnya mengambil pungutan yang dikenakan masyarakat --dalam hal ini angkutan yang membawa barang-barang dari pabrik-- yang menggunakan fasilitas dari negara.

Arief. Begitu nama yang tertera di seragam petugas Dishun tersebut. Laki-laki berbadan kurus dan kulitnya sedikit gelap karena (mungkin) sering terjemur cahaya matahari di jalan itu memberitahu kalau pabrik Kopi Liong Bulan tutup. "Bosnya sedang berobat ke Singapura, jadi pabrik tutup dan karyawan diliburkan."

Kau menahan tawa sebisanya. Namun senyum-senyum kecil itu keluar juga dari mulut. Kau heran: kok bisa bos berobat ke luar negeri tapi pabrik tidak produksi?

"Kopi Liong Bulan ya cuma di sini, tidak ada yang lain," ujar Pak Arief. Kau menanyakan juga apa benar Kopi Liong Bulan sempat benar-benar tutup? Ia menggelengkan kepala. "Kalau yang di Bogor mungkin ya, tapi kalau di sini sih tetap produksi," jawab Pak Arief. Kau melongok ke arah pabrik Kopi Liong Bulan itu yang tutup. Ada dua pagar besar dan tinggi yang terlihat dari depan. Pada bagian terdalam pagar itu, ada 3 CCTV terpasang. Ada 2 yang mengarah ke depan dan 1 lainnya mengarah ke samping, tapi sedikit ke atas.

Got di depan pabrik itupun sedikit basah. Tidak ada air yang mengalir. Kau berharap bisa melihat limbah kopi yang digunakan Kopi Liong Bulan. Tapi tidak kau temukan apa-apa. Kau kembali menghampiri Pak Arief. Kau bertanya apa Pak Arief sekiranya tahu jenis kopi apa yang digunakan Kopi Liong Bulan? Ia diam sebentar, seperti sedang mengingat atau berpikir.

"Kopinya dari Lampung, kopi Lampung."

Meski tidak terlalu paham tentang kopi, setidaknya kau tahu dan pernah merasakan kopi Lampung. Dan itu jelas berbeda dengan Kopi Liong Bulan. Memang jauh lebih baik menemui langsung karyawan atau pemilik Kopi Liong Bulan untuk memastikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun