"Kulamar kamu jadi istriku hari ini," Mas Dienara mengatakannya secara tegas lalu memelukku sayang.Â
Aku hanya mampu menatap wajahnya.Â
Mbak Sita tersenyum lembut, mengangguk padaku.
Inilah acara keluarga yang aku maksud, Widya. Aku datang untukmu, untuk masa depan kita," Â Mas Dienara semakin mempererat pelukannya. Mataku terasa berair..Â
Mbak Sita pun tersenyum bahagia memandang kami.
"Selamat ulang tahun, calon adik iparku," dia merentangkan tangannya. Kulepas pelukan Mas Dienara.Â
"Terima kasih,Mbak," ucapku terbata
"Aku akan menemui mamamu, Widya. Akan kusampaikan niat tulusku ini. Setelah itu, baru pamanku mewakili  keluarga besarku akan datang menemui keluargamu. " Dienara menggamit bahuku, memandangku penuh sayang.
Mereka hanya hidup berdua setelah kecelakaan ynag merenggut kedua orang tuanya. Dalam pengawasan keluarga besarnya, mereka tetap bertumbuh saling mengasihi dan menguatkan hingga sukses sampai saat ini.
Cinta memang tidak pernah datang tiba-tiba...Â
(pada suatu tempat, pada suatu waktu; sebelas Agustus dua ribu dua puluh)