Sampai di rumah, aku mandi dan keramas. Sedikit apapun kena air hujan, aku harus mandi, sebab pengalaman waktu SMP mengajarkanku kejelekan air hujan bagi tubuh. Harus dibersihkan langsung dengan mandi dan keramass. Aku demam tinggi waktu itu, karena hanya membasuh kaki tangan dan wajah, mengucek-ucek rambut basah dengan handuk, padahal punggungku juga terguyur air hujan mengandung zat asam itu.Â
Selesai mandi, kubaca WA dari Dienara...
"Widya, kamu tidak adil padaku sore tadi. Aku sudah setia menunggumu lebih dari 30 menit, tapi kamu pergi begitu saja"Â
Deg wajahku pias, memanas rasanya.
"Tapi Mas Dien, ada Tanti bersamamu. Aku tak ingin mengganggu kebersamaan kalian," balasku via chat.
"Tahu apa kamu tentang,dia?" dia balas chatku
Hmmm...aku makin tak mengerti. Langsung aku menelepon tak ingin via chat lagi.Â
"Ga usah telpon lagi. Aku berangkat, Widya. Sudah malam, besok sudah bekerja," dia pamitan akan ke kota tempatnya bekerja, yang berjarak sekitar 30 km dari rumahnya.Â
Dan aku? Hanya mampu terdiam.Â
Kubaca sekali lagi chatnya, "Tahu apa kamu tentang,dia?"
Sesal menumpuk di kepala. Seharusnya aku tadi berani mendatangi meja itu. Mengapa aku menyia-nyiakan kesempatan untuk diajak bicara dengannya?Â