Sore itu, sore yang pecah oleh pertengkaran juga sore penghabisan, karena tak pernah lagi aku diberi kesempatan membincangkan hal ini. Wulan memilih diam bahkan menghindar dan segala upaya untuk tak bertemu denganku. Kuat sekali hatinya. Sementara aku?
Sungguh, sore ini, menjawabi semuanya. Segalanya. Bersamaan dengan kulihat gemetar tangan Rara meletakkan segelas es jeruk  di depan mejaku. Kukutuki diriku sendiri. Aku bergegas memilih pulang sambil kuseruput sedikit es jeruk, menghormati kebaikan Bu Retno.Â
Maafkan saya,Bu Retno, batinku sendu.
Maafkan aku,Wulandari...
Damar mencintai Wulan. Tapi Wulan tidak lagiiii...
Cinta tak perlu penjelasan, hanya rasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H