"Sebentar ya, tante minta tolong keponakan tante buatkan minum untukmu."
Sejenak aku menikmati lagi suasana ruang tamu ini, pertengkaran kecil dengan Wulan membuatku tak pernah lagi sampai di ruangan ini.Â
Aku tersenyum, berharap setelah ini, semua akan menjadi damai dan aku dapat mencintai Wulan lagi, karena memang tak pernah ada kata putus di antara kami. Hanya pertengkaran kecil. Hanya.
Bu Retno kembali hadir bersama seorang perempuan yang membawakanku segelas minuman. Tapi,duh...setikam sesal menjajah ulu hatiku.
"Ini  Rara, keponakan tante. Sepupunya Wulan."
Aku limbung oleh kesalahanku sendiri.
Ingatanku menderas pada kejadian sore hari, persis sebulan lalu, saat Rara menghubungiku lewat Video Call WhatsApp.Â
Saat itu, Hapeku tergeletak di atas meja kerja. Aku belum sempat memasukkannya ke tas kerja, saat membereskan sisa pekerjaan. Biasanya, pulang kerja kami menyempatkan makan malam berdua, sambil berbincang tentang pekerjaan atau apa saja. Saat itulah, Wulan sempat melihat ke layar hape dan nafasnya memburu menahan amarah juga cemburu.Â
"Jawab, siapa dia?"
"Hanya teman." jawabku sekenanya.Â
"Teman? Temankah jika di belakang nama itu tercantum kata sayang?"Â