Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Keharmonisan Hubungan Rumah Tangga, Dewa Pun Bisa Salah

4 November 2022   05:21 Diperbarui: 4 November 2022   05:32 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mart punya pembelaan. Dia bekerja paruh waktu sebagai agen asuransi. Meskipun pendapatannya tidak besar, tetapi cukup untuk membiayai kebutuhan sederhananya.

Mart juga berdalih bahwa dia sudah banyak berhemat. Suaminya hanya tidak tahu saja.

Tentu saja istri saya membela Mart, dengan mengatakan jika suaminya tidak tahu diri. Sebagai sesama golongan berkumis, saya tidak melakukan pembelaan apa-apa. Bahaya, istri saya sudah emosi dan saya bisa saja jadi sasaran.

Lagipula ungkapan "tahu diri" cukup untuk membuatku terdiam. Karena memang hal ini yang akan saya bahas pada artikel ini.

Dalam prahara rumah tangga Mart dan suaminya, saya menafsirkan masalah ekonomi menjadi penyebabnya. Sebabnya sudah ada cerita terdahulu yang saya dengar. Namun, faktanya itu hanya salah satu saja. Masih banyak rangkaian penyebab lainnya.

Meremehkan Pasangan

Sejak suaminya kehilangan pekerjaan, si Mart selalu "mendorongnya" untuk mencari sumber pendapatan baru. Terkadang saya mendengarkan percakapan di telpon, tentang bagaimana Mart berkata jika sekarang ia harus mencari pundi-pundi tambahan. Mengambil alih peranan suaminya yang sudah "tidak berfungsi" lagi.

Entah apakah suami si Mart mendengarkan percakapannya dengan istriku. Sejujurnya, sebagai seorang suami saya juga merasa was-was. Mart mungkin tidak menyadari jika ungkapannya itu bisa berstandar ganda. Di satu sisi ia ingin agar suaminya bersemangat kembali, di sisi lain itu adalah ungkapan "meremehkan."

Seringkali pula saya mendengarkannya berujar, "seandainya saya jadi kamu..." atau semacam itu. Sekilas, jika disikapi dengan kepala dingin, pernyataan tersebut hanyalah terdengar semacam nasihat kepada pasangan.

Namun, jika kepala sudah memanas, membuat perbandingan semacam itu bisa saja dipahami dengan sikap yang meremehkan, lho. Nyatanya setiap manusia memang merupakan individu yang berbeda-beda. Kita tidak bisa mengandaikan orang lain dengan diri kita sendiri.

Dugaan saya, suami si Mart merasa jika nasihat istrinya itu semacam sebuah pernyataan sikap, "kamu gak bisa apa-apa." Emosi dipendam dan menunggu hingga ia meledak.

Menolak Konflik Sekaligus Solusi

Si suami sepertinya sadar diri tapi belum tahu diri. Dalam setiap percakapan ia selalu menghentikan atau menolak untuk membahas permasalahannya. Sejujurnya, saya terkadang juga bersikap seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun