Ada perbedaan antara cara kerja emosi pria dan wanita. Umumnya wanita akan mencari pasangan atau orang-orang dekatnya untuk membahas masalah. Sementara pria itu sebaliknya. Masalah bukan untuk dibagi, menyelesaikannya sendiri adalah solusi.
Saya termasuk orang yang enggan berbagi permasalahan dengan istri. Tidak terlalu gentle rasanya. Lagipula, dalam beberapa pengalaman seringkali permasalahan yang sudah pernah kuungkapkan dibahas kembali pada waktu yang kurang tepat. Benar,wanita adalah pengingat sejati.
Nyatanya saya salah...
Terbuka kepada pasangan bukan berarti lemah. Membahas permasalahan dengan istri bukan berarti berkeluh kesah. Sikap yang perkasa adalah membahas problema beserta opsi-opsi jalan keluar yang mungkin ada. Jika didengarkan secara baik, bisa saja omelan istri adalah solusi bagi permasalahan.
Mart merasa jika keengganan suaminya berdiskusi adalah sebuah penolakan. Mart merasa diremehkan, merasa tidak dihargai. Sekali lagi karena cara kerja emosi pria dan wanita memang berbeda.
Ada sebuah penelitian yang pernah dipublikasikan dalam Journal of Marriage and Family (2013). Disebutkan jika kebiasaan melarikan diri dari konflik akan meningkatkan resiko perceraian. Tidak ada pasangan yang bahagia dengan kebiasaan ini. Â
Playing Victim
Puncaknya terjadi pada saat Mart sudah pindah ke rumah orangtuanya. Ia sudah secara resmi menyebarkan kisah sedihnya kepada lingkar terdekat. Termasuk kepada istriku.
Istri saya bak corong kepanasan. Ia lantas menceritakan semua keburukan suami Mart. Sembari membela Mart dan menceritakan bagaimana tabahnya Mart dalam mempertahankan hubungan mereka.
Kuping ini ikut-ikutan kepanasan. Bagaimanapun juga kaum lelaki punya empati kepada sesama tertuduh. Saya sih tidak pernah mendengarkan versi kisah suaminya. Tapi, bagi saya sedikit banyak Mart telah menceritakan sesuatu yang berlebihan.
"She is playing victim," ujarku singkat.
"Mengapa?" Istriku berujar penuh emosi.