Mart punya pembelaan. Dia bekerja paruh waktu sebagai agen asuransi. Meskipun pendapatannya tidak besar, tetapi cukup untuk membiayai kebutuhan sederhananya.
Mart juga berdalih bahwa dia sudah banyak berhemat. Suaminya hanya tidak tahu saja.
Tentu saja istri saya membela Mart, dengan mengatakan jika suaminya tidak tahu diri. Sebagai sesama golongan berkumis, saya tidak melakukan pembelaan apa-apa. Bahaya, istri saya sudah emosi dan saya bisa saja jadi sasaran.
Lagipula ungkapan "tahu diri" cukup untuk membuatku terdiam. Karena memang hal ini yang akan saya bahas pada artikel ini.
Dalam prahara rumah tangga Mart dan suaminya, saya menafsirkan masalah ekonomi menjadi penyebabnya. Sebabnya sudah ada cerita terdahulu yang saya dengar. Namun, faktanya itu hanya salah satu saja. Masih banyak rangkaian penyebab lainnya.
Meremehkan Pasangan
Sejak suaminya kehilangan pekerjaan, si Mart selalu "mendorongnya" untuk mencari sumber pendapatan baru. Terkadang saya mendengarkan percakapan di telpon, tentang bagaimana Mart berkata jika sekarang ia harus mencari pundi-pundi tambahan. Mengambil alih peranan suaminya yang sudah "tidak berfungsi" lagi.
Entah apakah suami si Mart mendengarkan percakapannya dengan istriku. Sejujurnya, sebagai seorang suami saya juga merasa was-was. Mart mungkin tidak menyadari jika ungkapannya itu bisa berstandar ganda. Di satu sisi ia ingin agar suaminya bersemangat kembali, di sisi lain itu adalah ungkapan "meremehkan."
Seringkali pula saya mendengarkannya berujar, "seandainya saya jadi kamu..." atau semacam itu. Sekilas, jika disikapi dengan kepala dingin, pernyataan tersebut hanyalah terdengar semacam nasihat kepada pasangan.
Namun, jika kepala sudah memanas, membuat perbandingan semacam itu bisa saja dipahami dengan sikap yang meremehkan, lho. Nyatanya setiap manusia memang merupakan individu yang berbeda-beda. Kita tidak bisa mengandaikan orang lain dengan diri kita sendiri.
Dugaan saya, suami si Mart merasa jika nasihat istrinya itu semacam sebuah pernyataan sikap, "kamu gak bisa apa-apa." Emosi dipendam dan menunggu hingga ia meledak.
Menolak Konflik Sekaligus Solusi
Si suami sepertinya sadar diri tapi belum tahu diri. Dalam setiap percakapan ia selalu menghentikan atau menolak untuk membahas permasalahannya. Sejujurnya, saya terkadang juga bersikap seperti itu.