Jenis pengutil yang satu ini memberikan kontribusi yang lebih banyak dibandingkan dua jenis sebelumnya, tapi jumlahnya hanya sekitar 5%.
Sebenarnya lebih tepat jika disebut sebagai keteledoran. Contoh kasus seperti ini adalah mengambil barang dan lupa membayar. Atau anak kecil yang langsung membuka bungkus permen. Â
Kendati demikian, hal ini bukan sesuatu yang sepele. Karena jumlahnya cukup banyak, sehingga pemilik toko juga harus berhati-hati. Mereka yang pernah melakukannya sebaiknya juga mengecek kondisi kesehatan.
Beberapa penyakit mental bisa dihubungkan dengan insiden ini. Seperti Alzheimer, skirzofenia, dementia, atau stress bahkan depresi.
Setelah mengetahui tiga jenis pengutil yang pertama, kini kita masuk ke jenis yang lebih serius. Saya sebutkan lebih serius, karena aksi mengutil mereka tidak disebabkan karena penyakit atau situasi.
Pencari Sensasi
Pernah mengingat masa kecilmu yang penuh kenakalan? Apakah mengutil di toko termasuk salah satunya? Nah, jika kamu, kamu, dan kamu pernah melakukannya maka kamu termasuk jenis ini.
Kenakalan remaja menyentuh segala aspek, mengutil termasuk yang paling sering. Atas nama solidaritas atau apapun tindakan tidak terpuji pun dilakukan.
Kendati demikian, ada juga pelaku yang melakukannya atas inisiatif sendiri. Alias tidak ada dorogan dari lingkungan. Pelaku seperti itu biasanya memiliki trauma masa lalu, khususnya kekecewaan dengan kondisi sosial. Bagi mereka, pemilik toko adalah kaum "kapitalis" yang membuat hidupnya menderita.
Aksi mengutil adalah pola pembangkangan terhadap keutuhan struktur sosial mereka. Tidak tertutup kemungkinan, mereka juga bisa terlibat dalam aktivitas negatif lainnya, seperti seks bebas, narkoba, alkohol, perjudian, hingga tawuran.
Atau bisa juga karena alasan yang lebih sepele. Seperti rasa bosan, ingin mencari sensasi baru, hingga ingin mendapatkan pengakuan.
Tahap Ketagihan
Dari survei, jenis yang satu ini menduduki peringkat ketiga terbanyak. Jumlahnya sekitar 10%.