Permintaan tidak saja berasal dari faktor dalam negeri. Terkadang sebuah barang juga laris manis di pasar internasional. Seperti kasus CPO baru-baru ini yang membuat harga minyak goreng menjadi viral.
Tapi, inflasi bisa juga dipengaruhi oleh faktor kestabilan suatu negara. Dalam kasus Indonesia turbulensi politik 1998 memicu inflasi tinggi.
Begitu pula dengan situasi panik pada saat pandemi merebak. Banyak negara di dunia, termasuk Indonesia terpaksa mencetak uang untuk menjaga likuiditas.
Disebutkan jika sebuah negara gagal mempertahankan jalur inflasinya, maka itu akan berbahaya bagi perekonomian.
Kondisi inflasi Indonesia
Untungnya posisi Indonesia masih baik-baik saja. Menurut data BPS, inflasi negeri kita ini adalah 2,64% (tahun per tahun). Rasio ini masih wajar dan posisi Indonesia masih tergolong baik juga.
Tingkat inflasi Indonesia termasuk kecil dibandingkan negara G20 lainnya. Ada datanya di sini; id.tradingeconomics.com
Yang terbesar adalah Turki (61.14%), diikuti Argentina (55,1%), lalu Rusia (16,7%). Sementara Indonesia hanya kalah dari Jepang (0,9%), China (1,5%), Arab Saudi (2%), dan Swiss (2,4%).
Sampai di sini sudah cukup pusing. Saya dan Mak Mike hanyalah pedagang yang mencari sesuap nasi dan setitik berlian harapan.
Data inflasi Indonesia tidak tinggi-tinggi amat, tapi itu sudah cukup membuat gerah. Bagaimana jika inflasi di Indonesia menyuar seperti Turki? Amsiong dah.
Mengukur inflasi