Sebagaimana para gadis Hartono, mereka juga ditangani secara khusus. Setiap minggu, ada vaksin untuk mencegah bahaya laten penyakit kelamin.
Urusan syahwat memang jelimet. Susah dimengerti sebagaimana mata kuliah kampus. Tapi, Hartono mampu mencerdaskan anak buahnya.
Dandanan ala mahasiswa, lengkap dengan buku cetak "pengantar ilmu kedokteran", cukup membuat pelanggan terperangah. Tersimpan di dalam ruang, saat ranjang sedang bergoyang.
Hartono paham bahwa kecantikan tidak dinilai dari luar saja. Ada inner beauty yang selalu digembar-gemborkan oleh para juri putri ayu. Hartono mungkin belajar dari sana.
Wanitanya digembleng layaknya peserta miss pageant. Harus bisa berdandan, paham etika pergaulan, bahasa asing, dan gerakan tubuh layaknya wanita berpendidikan. Ada guru kepribadian yang rajin berkunjung.
Tidak lupa juga table manner. Kesopanan yang didengungkan oleh kaum bangsawan. Bukan hanya urusan ranjang, tapi juga attitude. Hartono tahu persis itu.
Konon suara merdu wanita bisa membuat pria jatuh cinta. Tidak ada suara cempreng di antara gadis-gadisnya. Guru vokal lengkap dengan mesin karaoke tersedia di Prapanca.
Jauh sebelum artis korea mendunia, Hartono sudah tahu operasi plastik. Wajah atau dada sisa dipilih. Yang penting dicicil lewat gaji bulanan. Tidak lupa juga dikurangi biaya akomodasi.
Tapi, wanita-wanita Hartono tidak keberatan. Kebanyakan dari mereka mengaku tidak ada paksaan dalam bekerja. Alasan klise, namun beberapa media yang sudah pernah mewancarai mereka juga memberitakan hal yang sama.
Dikutip dari Kompas.com, salah satu anak buahnya yang mengaku mantan baby sitter merasa puas dengan karirnya. Uang bulanan tak pernah absen dikirim ke kampung. Beserta ternak dan sawah yang sudah lebih dahulu dibeli dari hasil keringatnya.
Konon Hartono sangat berhati-hati dalam memilih anak buahnya. Cantik dan bahenol bukan syarat utama, tapi referensi. Hartono memilih sendiri siapa yang pantas menjadi anak buahnya, tanpa psikotes yang jelimet.