Nama Prapanca sendiri berasal dari rumah mewah yang dimilikinya di Kawasan Prapanca Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Lokasi untuk menampung para wanitanya. Tidak ada teknologi pesanan online yang dapat diakses. Pager dan telepon genggam pun masih tergolong mewah saat itu, tapi Hartono sudah menjadikannya mainan untuk mendulang uang.
Telepon rumah menjadi andalan. Dijaga oleh resepsionis yang ramah, lulusan hotel bintang lima. Hartono mungkin belajar dari sana.
Sebabnya, para wanitanya tidak mau bersanding dengan pria biasa-biasa saja. Hotel berbintang atau tidak sama sekali. bonusnya dibawa ke luar negeri.
Security kekar 24 jam penuh di sana. Pengamanannya setara dengan keamanan rumah pejabat. Hartono mungkin belajar dari sana.
Sebabnya, beberapa pejabat telah menjadi pelanggannya. Juga para pengusaha ataupun pria yang rela membayar demi syahwat yang terpendam.
Harganya tidak murah. Hartono menjaga kualitas dagangan. Membangun citra dari para pelanggan yang berkualitas juga.
Sumber dan lokasi pemesanan diverifikasi terlebih dahulu. Uang muka masuk duluan baru argo berjalan. Perhitungannya matang, bak pengusaha papan atas. Hartono mungkin belajar dari sana.
Wanita-wanitanya selalu diantar dengan mobil mewah. Muda dan bergengsi. Penampilan mereka tiada bedanya dengan para sosok crazy rich. Tapi, Hartono tidak pernah belajar dari mereka.
Hartono mengaturnya sendiri. Ia hidup menyendiri di tengah-tengah riuhnya para cukong yang mengaku mengenalnya. Hartono tahu diri. Konon ia tidak pernah menyapa siapa-siapa, karena para cukong bisa malu kalau ketahuan belangnya.
Makanya para cukong lebih suka berbelanja ban atau onderdil mobil. Bengkel mobil tertera pada tagihan kartu kredit pemesan. Istri dan sekretaris tidak akan curiga. Mobil mewah memang butuh penanganan khusus.