Badan Mei-ling mungil, suaranya tidaklah keras. Ia tak mau bersaing dengan Liu-mang pemilik kios di sebelah kanan. Badannya kekar, kuat megangkat dagangannya hingga ke ujung jalan.
Mei-ling juga tidak mau bersaing dengan Siau-lang, pemilik kios di sebelah kirinya. Wajahnya judes, hatinya apa lagi. Tapi, di hadapan pelanggan ia bisa mempertontonkan senyuman dewi rembulan.
Mei-ling lebih memilih diam. Ia bukannya pasrah. Mei-ling memiliki prinsip kuat bahwa rezeki tidak akan kemana-mana, sepanjang kejujuran selalu terjaga.
**
Seorang ibu tua tampak kebingungan, berjalan menyusuri koridor pasar yang ramai. Ia tampak kesulitan melangkah di tengah-tengah himpitan barang dagangan.
Tidak ada yang peduli dengannya, para pengunjung maupun pedagang. Hingga langkah kakinya terhenti di depan kios Me-ling. Sekilas ia melihat Mei-ling, wajahnnya tertegun.
"Ada yang bisa saya bantu, ibu?" Mei-ling bertanya sekilas. Saat itu tokonya sedang ramai pengunjung. Namun, entah kenapa kehadiran sang ibu tua begitu menarik perhatiannya.
Sang ibu tua tidak menjawab. Ia hanya tersenyum dan berdiri di pojokan memperhatikan kesibukan Mei-ling. Setelah suasana kios agak sepi, barulah Mei-ling menyapa kembali.
"Adakah yang bisa saya bantu, ibu?" Mei-ling kembali bertanya.
"Saya ingin membeli barang daganganmu."
"Baik bu, silahkan memilih barang-barang yang ibu inginkan."