Ternyata banyak yang berminat. Mereka ditenggarai sebagai para lelaki yang terobsesi dengan fetisme pakaian bekas gadis remaja.
Namun, jauh sebelum fenomena ini mencuat, bibitnya telah dimulai satu dasawarsa sebelumnya. Tepatnya pada tahun 1985.
Adalah grup penyanyi wanita remaja yang bernama Onyako Club. Mereka merupakan sekelompok gadis yang bernyanyi keroyokan.
Salah satu lagunya yang paling ngehits adalah Sailor Fuku wo Nugasanaide. Terjemahannya:Â Jangan Kau Ambil Seragam Sekolahku.
Para penyanyinya tampil lengkap berseragam sekolah. Menari lincah bak gadis kawai yang bikin ngilu.
Lagu tersebut mengandung lirik provokatif seksual, seperti;
"Jangan buka seragamku, saatnya bukan sekarang. Bersabar, sayangi aku, dan tunggu."
"Saya ingin melakukannya, seperti yang mereka bicarakan di majalah. Tapi percuma jika aku menyerahkan semuanya padamu, jadi saya tak mau."
"Saya diajak ngedate, dan menjadi perawan itu membosankan. Papa dan mama tidak tahu, tentang rencana kita menginap bersama besok malam."
Kendati demikian, ada juga yang membela. Mereka menyebutnya sebagai kampanye untuk mengajak para remaja putri agar bisa mengendalikan diri.
Sayangnya, warga Jepang sudah terlanjur ngeres. Jadilah fenomena buru-sera semakin dikenal. Kawai menjadi buruan, JK menjadi obyek seksual.