Akronim JK bukan seperti yang kita ketahui. Ia adalah singkatan dari Joshi Kosei.
Artinya pun biasa saja. Dalam bahasa Jepangnya adalah seragam sekolah, tapi bisa juga diasosiasikan dengan gadis sekolah menengah (setingkat SMP dan SMA).
Namun, akan menjadi luar biasa jika sudah berhubungan dengan perilaku penyimpangan seksual. Fetisme terhadap seragam sekolah bercampur dengan pedofilia. Kurang mengerikan apa lagi?
Tapi, itulah yang terjadi di Jepang...
JK yang seharusnya terhormat pun berkonotasi negatif. Melihat gadis remaja dalam balutan seragam sekolah memang menggemaskan. Orang Jepang menyebutnya dengan kata Kawai (cute).
Bagi remaja, tampil mempesona sah-sah saja. Bisa menjadi daya tarik bagi sesama jomlo. Namun, jika sudah bikin bandot tua ngilu, Jijay adalah kata yang keluar.
Tapi, itulah yang terjadi di Jepang...
Selera Kawai berkembang luas. Menjadi populer hingga menyentuh anime dan grup pop idol.
Para Kawai pemegang status JK pun dimanfaatkan. Disediakan kafe bagi mereka. Letaknya di pusat-pusat keramaian kota di seantero Jepang.
Awalnya hanya merupakan tempat "ngeceng." Duduk manis berharap para jomlo mendekati. Siapa tahu ada yang masih muda, mirip boyband, tajir pula.