Putian Golden Key Brewery Co, Ltd., menjadi salah satu perusahaan paling bonafid di China. Eddy Tansil mendapatkan banyak penghargaan.
Mulai dari pembayar pajak terbesar di Fujian (1995). Hingga merek minuman alkohol terbaik di seluruh China (1998). Eddy Tansil pun mendapat julukan; "Raja Bir dari Fujian."
Sayangnya, tidak berlangsung lama. Nama Eddy kembali tercoreng. Ia terindikasi penggelapan pajak. Entah di Jerman, China, atau negara lainnya. Kontrak dengan Beck's Beer putus di tahun 1999.
Eddy berjalan sendiri. Ia memproduksi bir lokal dengan berbagai jenis merek. Tapi, omzetnya tidak sebanding dengan kapasitas produksi. Pasar Beck's Beer terlalu besar untuk disalip.
Kembali Terkena Masalah
Sampai tahun 2003, Eddy terjebak kredit macet. Kali ini dengan Bank of China. Keuangan perusahaan semakin menipis. Nama Eddy kembali mencuat.
Medial lokal memberitakan perusahannya telah menunggak tagihan listrik. Jumlahnya sebesar 4 juta RMB atau setara 8 miliar Rupiah pada tahun 2005.
Belum lagi kasus hukum dengan Anheuser-Busch Brewing. Produsen bir dari Amerika Serikat. Hak cipta logo jadi masalah.
Putian Golden Key Brewery dituduh menjiplak logo pada kaleng bir. Eddy harus menarik seluruh produk bir dan membayar ganti rugi kepada penggugat.
Puncak kehancuran Eddy terjadi pada tahun 2007. Seluruh asset pabriknya disita negara. Dilelang dan berpindah tangan ke kompetitornya, Fujian Xuejin Beer Co.,Ltd.
Selama kurun waktu 16 tahun (1986-2002), total investasi pabrik bir Eddy berjumlah 2,3 triliun jika dirupiahkan. Pabrik bir yang pernah berjaya tersebut tak menyisakan apa pun kini.
Jejak Jasa Eddy Tansil
Sejak 2010, Fujian Xuejin Beer tidak memakai pabrik itu lagi. Lokasinya di tengah kota dan mesinnya terlalu usang. Sepertiga gedung dirobohkan. Diganti dengan Putian Art Museum pada tahun 2018.