Pabrik Bir dan Kaca berada di sini. Eddy Tansil bukanlah anak kemarin sore. Pria kelahiran Makassar tahun 1954 ini sudah memiliki pengalaman bisnis mumpuni.
Bersama ayahnya ia pernah mengimpor Bajaj dari India dan membangun pabrik perakitan sepeda motor merek Jepang. Pun halnya dengan produksi bir. Bukan yang pertama kali.
Cap Kuntji. Pabrik bir milik Eddy Tansil di Bogor. PT. Rimba Subur Sejahtera adalah perusahaannya. Teman kongsinya adalah pensiunan Mayor Jenderal Angkatan Darat. Namanya Koesno Achzan Zein.
Pabriknya ini terbilang yang tercanggih di Asia Tenggara. Beck's Beer, perusahaan asal Jerman berhasil di gaetnya.
Pada November 1986, pabrik ini mulai beroperasi. Hanya 2 tahun, gagal total di pasaran.
Alhasil pada tahun 1988, Eddy menutup pabrik birnya. Semua mesin diboyong ke Fujian. Menjadi mesin produksi untuk Putian Golden Key Brewery Co, Ltd.
Gagal di Indonesia, Tidak di China
Kendati Indonesia belum membuka hubungan diplomatik dengan China, Eddy Tansil tak kesulitan. Sejak tahun 1981, ia telah hilir mudik ke sana. Mengikuti langkah bapaknya.
Para pejabat Partai Komunis China menjadi sahabatnya. Konon termasuk Xi Jinping, yang sekarang adalah orang nomor satu di Tiongkok.
Kala itu, China sedang berkembang. Investasi asing dibutuhkan. Pemerintah kabupaten Putian pun diajak berkongsi. Lahan seluas 40 hektar milik negara menjadi lokasi pabrik.
Gagal di Indonesia, tidak di China. Tahun 1992 Eddy kembali menjalin kerja sama dengan Beck's Beer. Cakupannya lebih luas. Memegang lisensi produk hingga ke seluruh kawasan Asia Pasifik.
Pabriknya tidak hanya melayani pasar China. Produksinya hingga ke mancanegara. Kapasitas produksi pun dinaikkan. Dari 30.000 ton menjadi 200.000 ton.