Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kiprah Eddy Tansil, Kisruh di Indonesia, Rusuh di China

1 Juni 2021   21:14 Diperbarui: 2 Juni 2021   08:06 1662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiprah Eddy Tansil, Kisruh di Indonesia, Bikin Rusuh di China (tirto.id)

Hingga kini ia masih jadi legenda. Sayangnya bukan yang baik. Sampai sekarang ia masih jadi buronan. Keberadaannya masih pelik.

Banyak kisah yang beredar. Ada yang mengatakan di Amerika. Tapi, jejak mengarah ke China.

Sebelum kasus penggelapan Bapindo mencuat di tahun 1993, Eddy Tansil sudah banyak berinvestasi di China.

Bisnisnya menggurita di sana. Total 600 juta dollar AS melalui Golden Key Group miliknya. Mencakup bisnis perakitan sepeda motor hingga pabrik bir dan kaca.

Baca juga: Jejak Keluarga Tansil, Dari Cek Kosong hingga Keberadaan Eddy Tansil

Penggerak Industri Otomotif Nasional

Pada saat China belum terbuka seperti sekarang, Eddy Tansil sudah membuat terobosan. Ia adalah salah satu penanam modal asing yang sudah berinvestasi di sana.

Fujian, Kawasan pesisir selatan China menjadi sasarannya. Tempat kelahiran Harry Tansil, ayahnya.

Pabrik perakitan sepeda motor salah satunya. Namanya Fuzhou Golden Key Motorcycle, Co. Didirikan pada tahun 1991. Lokasinya di Fuzhou, ibu kota Provinsi Fujian.

Peranannya tidak kecil. Pemerintah China menjadikannya sebagai penggerak industri otomotif nasional. Produknya tersebar hingga ke-29 provinsi.

Tiga perusahaan di bawah grup Golden Key Menyusul. Memproduksi alat listrik, bahan akrilik dan peleburan baja. Semuanya sebagai lini pendukung bisnis perakitan sepeda motornya.

Membangun Pabrik Bir di China

Kendati investasi banyak di Fuzhou, nama Eddy Tansil lebih harum di Putian. Kota sebelah timur Fujian. Kampung halaman leluhurnya.

Pabrik Bir dan Kaca berada di sini. Eddy Tansil bukanlah anak kemarin sore. Pria kelahiran Makassar tahun 1954 ini sudah memiliki pengalaman bisnis mumpuni.

Bersama ayahnya ia pernah mengimpor Bajaj dari India dan membangun pabrik perakitan sepeda motor merek Jepang. Pun halnya dengan produksi bir. Bukan yang pertama kali.

Cap Kuntji. Pabrik bir milik Eddy Tansil di Bogor. PT. Rimba Subur Sejahtera adalah perusahaannya. Teman kongsinya adalah pensiunan Mayor Jenderal Angkatan Darat. Namanya Koesno Achzan Zein.

Pabriknya ini terbilang yang tercanggih di Asia Tenggara. Beck's Beer, perusahaan asal Jerman berhasil di gaetnya.

Pada November 1986, pabrik ini mulai beroperasi. Hanya 2 tahun, gagal total di pasaran.

Alhasil pada tahun 1988, Eddy menutup pabrik birnya. Semua mesin diboyong ke Fujian. Menjadi mesin produksi untuk Putian Golden Key Brewery Co, Ltd.

Gagal di Indonesia, Tidak di China

Kendati Indonesia belum membuka hubungan diplomatik dengan China, Eddy Tansil tak kesulitan. Sejak tahun 1981, ia telah hilir mudik ke sana. Mengikuti langkah bapaknya.

Para pejabat Partai Komunis China menjadi sahabatnya. Konon termasuk Xi Jinping, yang sekarang adalah orang nomor satu di Tiongkok.

Kala itu, China sedang berkembang. Investasi asing dibutuhkan. Pemerintah kabupaten Putian pun diajak berkongsi. Lahan seluas 40 hektar milik negara menjadi lokasi pabrik.

Gagal di Indonesia, tidak di China. Tahun 1992 Eddy kembali menjalin kerja sama dengan Beck's Beer. Cakupannya lebih luas. Memegang lisensi produk hingga ke seluruh kawasan Asia Pasifik.

Pabriknya tidak hanya melayani pasar China. Produksinya hingga ke mancanegara. Kapasitas produksi pun dinaikkan. Dari 30.000 ton menjadi 200.000 ton.

Raja Bir dari Fujian

Putian Golden Key Brewery Co, Ltd., menjadi salah satu perusahaan paling bonafid di China. Eddy Tansil mendapatkan banyak penghargaan.

Mulai dari pembayar pajak terbesar di Fujian (1995). Hingga merek minuman alkohol terbaik di seluruh China (1998). Eddy Tansil pun mendapat julukan; "Raja Bir dari Fujian."

Sayangnya, tidak berlangsung lama. Nama Eddy kembali tercoreng. Ia terindikasi penggelapan pajak. Entah di Jerman, China, atau negara lainnya. Kontrak dengan Beck's Beer putus di tahun 1999.

Eddy berjalan sendiri. Ia memproduksi bir lokal dengan berbagai jenis merek. Tapi, omzetnya tidak sebanding dengan kapasitas produksi. Pasar Beck's Beer terlalu besar untuk disalip.

Kembali Terkena Masalah

Sampai tahun 2003, Eddy terjebak kredit macet. Kali ini dengan Bank of China. Keuangan perusahaan semakin menipis. Nama Eddy kembali mencuat.

Medial lokal memberitakan perusahannya telah menunggak tagihan listrik. Jumlahnya sebesar 4 juta RMB atau setara 8 miliar Rupiah pada tahun 2005.

Belum lagi kasus hukum dengan Anheuser-Busch Brewing. Produsen bir dari Amerika Serikat. Hak cipta logo jadi masalah.

Putian Golden Key Brewery dituduh menjiplak logo pada kaleng bir. Eddy harus menarik seluruh produk bir dan membayar ganti rugi kepada penggugat.

Puncak kehancuran Eddy terjadi pada tahun 2007. Seluruh asset pabriknya disita negara. Dilelang dan berpindah tangan ke kompetitornya, Fujian Xuejin Beer Co.,Ltd.

Selama kurun waktu 16 tahun (1986-2002), total investasi pabrik bir Eddy berjumlah 2,3 triliun jika dirupiahkan. Pabrik bir yang pernah berjaya tersebut tak menyisakan apa pun kini.

Jejak Jasa Eddy Tansil

Sejak 2010, Fujian Xuejin Beer tidak memakai pabrik itu lagi. Lokasinya di tengah kota dan mesinnya terlalu usang. Sepertiga gedung dirobohkan. Diganti dengan Putian Art Museum pada tahun 2018.

Kendati demikian, masih terlihat sisa-sisa pabrik di sana. Sengaja dijaga. Bagi masyarakat Putian, pabrik itu punya makna tersendiri.

Eddy Tansil dan invetasinya pernah menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Mengubah wajah kota dan menyerap ribuan lapangan kerja.

Mengubah ekonomi masyarakat setempat. Dari bertani menjadi ekonomi berbasis industri.

Kini kota Putian telah bertransformasi menjadi kota metropolitan. Kawasan elit ramai di waktu siang. Terang benderang di waktu malam.

Sisa pabrik Eddy Tansil adalah bagian dari sejarah. Menjadi saksi bisu perkembangan kota.

Sebuah plakat di pintu museum tertulis (terjemahan);

"Pabrik bir tua ini adalah memori sebuah generasi. Tan telah mengganti warna bir dalam kehidupan banyak orang. Membuat kenangan tua ini terus berlanjut."

"Tan" yang dimaksud pada plakat tersebut, tidak lain adalah nama marga Tionghoa keluarga Tansil.

Referensi: 1 2 3 4 5 6 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun