Benar saja, sesampainya di sana, salonnya sudah berantakan dan banyak barang hilang. Ruminah pun memutuskan untuk pulang. Sudah terlalu banyak orang dan situasi sudah semakin kacau. Namun, ia terjebak. Ditabrak orang dan jatuh pingsan.
Pada saat bangun, lampu sudah mati dan bau asap mulai tercium. Ruminah bergegas keluar mal, dan mencari anaknya, Gunawan yang baru saja lulus SD. Tidak ada di sana.
Ia hendak masuk kembali ke dalam mal, sudah tidak bisa. Tak lama kemudian, bunyi ledakan keras terdengar dari dalam gedung. Gunawan tidak pernah lagi pulang ke rumahnya sampai sekarang. Â
Maria Sanu dan Stevanus yang Tak Pernah Pulang
"[...] Jika Stevanus sudah masuk terbakar, mohon ampuni dosanya. [...]"
Tanggal 14 Mei 1998, Maria Sanu tak menyangka jika itu adalah perjumpaan terakhirnya dengan Stevanus Sanu, putranya yang baru berusia 16 tahun.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 12 siang. Seisi rumah Maria Sanu sedang menonton televisi tentang kerusuhan yang sedang melanda Jakarta. Sementara, Stevanus masuk mencuci baju yang disuruh kakaknya.
Jam 2 siang, perasaan Maria tidak enak. Ia mencari anaknya yang baru masuk kelas 1 SMP. Ternyata setelah selesai mencuci baju, Stevanus sempat izin ke masjid untuk main bola.
Setelah itu, ia pergi ke Yogya Plaza untuk melihat tawuran. Sendirian, tidak bersama kawan-kawannya. Sampai sore Stevanus belum kembali. Padahal waktu itu mereka ada acara jalan doa Rosario.
Maria pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya, sembari berharap Stevanus akan pulang dengan sendirinya. Nyatanya tidak.
Keesokan harinya Maria melapor ke Polsek Duren Sawit. Polisi lantas meminta Maria ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Tempat jenasah kebakaran mal Yogya berada.