Maria tak sanggup kesana. Ia tak mampu melihat deretan mayat yang sudah gosong dan bau. Kakak Stevanus yang diutus ke sana. Tapi, ia tidak bisa lagi mengenali mayat yang sudah hangus.
Stevanus belum kembali dan mungkin tidak pernah akan kembali. Maria hanya bisa berdoa. Kalau memang Stevanus takut pulang biarlah ia ditunjukkan jalan pulang. Jika ia sudah masuk terbakar, mohon ampuni dosanya.
Kusmiati dan Jasad Mustofa yang Hangus Terbakar
"[...] Di dalam ambulans, saya pangku jenasah anak saya yang sudah hangus terbakar. [...]"
Mustofa, siswa SMA baru berusia 18 tahun. Ia berpamitan pada ibunya untuk bermain catur. Tidak ada sedikit pun firasat dari Kusmiati. Padahal itu adalah pertemuan terakhirnya dengan anaknya.
Sore harinya ia mendengar kabar tentang kebakaran Yogya Plaza Klender. Kusmiati belum menyadarinya, hingga Mustofa tidak kembali ke rumah.
Setelah tiga hari setelah anaknya tak ditemukan, barulah Kusmiati menemukan jasadnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
"Saya yakin itu anak saya. Kondisinya sudah hangus tak utuh, tapi saya mengenal baju dan celana dalamnya," tutur Kusmiati.
Mustofa diduga diajak kawannya turut menjarah di mal Yogya, tahunya ia terjebak dan mati terpanggang.
"Setelah itu baru jenazah boleh dibawa pulang. Saya pangku Mustofa selama di dalam ambulans,"Â kata Kusmiati.
Kusmiati cukup beruntung, Mustofa anaknya tak dikuburkan di kuburan massal TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur. Ada 131 nisan tanpa nama berada di sana. Korban kerusuhan Mei 98 yang dimakamkan secara massal.