Dari seluruh responden yang berpartisipasi, sebanyak 30% umat Hindu masih melakukannya. Selebihnya adalah Sikh (23%), Muslim (18%), dan Kristen (5%).
Artinya, anggapan ini tidak saja berasal dari penganut aliran kasta, tetapi juga sudah merebak ke penganut agama lainnya. Bukan masalah agama, tapi sosial. Â
Diskriminasi ini melahirkan ketimpangan ekonomi yang parah. Warga Dalit kebanyakan tidak berpendidikan. Kalau pun dianggap mampu bekerja, ia digaji lebih rendah.
Kaum Dalit juga tidak punya kesempatan untuk berdagang. Sistem pasar dan finansial di India sangat tidak menguntungkan mereka. Sebaik apa pun diri mereka, takdir telah membuat mereka akan selalu berkubang di lembah kotor.
"Ini seperti lahir dengan stempel di dahi yang tak pernah bisa dihapus," ujar Amit, seorang kaum Dalit kepada sumber (bbc).
Hingga Akhirnya
Memang betul, perbedaan kasta dan perlakuan yang tak adil kepada kaum Dalit tidak bisa serta merta dihubungkan dengan kasus Covid yang melanda India saat ini.
Namun, hati tergelitik untuk bertanya. Adakah karma instan di dunia ini? Jika tidak, maka ini (mungkin) adalah ketimpangan alam yang mencoba mencari keseimbangan. Tapi, jika iya, maka (mungkin) karma itu benar-benar ada.
Perlakuan kepada kaum Dalit tidak bisa ditolerir. Itu adalah aksi penghinaan terhadap kemanusiaan. Untungnya, penulis lahir di Indonesia. Di mana sistem kasta itu tidak ada.
Tapi, satu hal yang masih menjadi PR bersama. Jika toleransi hilang dan diskriminasi menguat, maka (mungkin) kaum-kaum Dalit sejenis buatan Indonesia akan bermunculan.
Semoga tidak, semoga tidak menjadi virus varian baru buatan India.