Bahkan media di India yang didominasi oleh kasta atas selalu mempertanyakan mengapa kekerasan seksual dihubungkan dengan perbedaan kasta.
Dengan kata lain, sebagian pihak berusaha menghapus ketidakadilan kaum Dalit dengan perbedaan kasta. Atau mungkin mengamini bahwa perbedaan struktur sosial adalah budaya yang tidak perlu lagi diperdebatkan.
"Kelompok kasta atas menggunakan kekerasan seksual sebagai alat untuk menegaskan hegemoni dan supremasi mereka," ujar Kiruba Munusamy, pengacara kaum Dalit kepada Time Magazine.
Sudah menjadi budaya yang harus dipertahankan
"[...] kalau kamu seorang Dalit, cucilah gelasmu sendiri [...]"
Seorang kaum Dalit harus siap menjadi objek kekerasan jika berani beraksi layaknya kaum atas. Jangankan naik kuda atau pakai sepatu kulit, mengganti nama di medsos saja bisa kena akibatnya.
Tidak peduli bagaimana tinggi pendidikannya, besar kontribusinya di masyarakat, atau pun betapa berjasanya ia bagi negara, Dalit adalah Dalit.
Dr. Vinod Sonkar adalah salah satu contoh terbaik. Ia adalah seorang yang bergelar PhDÂ di bidang hukum dan menjadi dosen di sebuah kampus ternama di New Delhi.
Dilansir dari sumber (bbc), suatu ketika ia memesan teh di sebuah warung di daerah Rajastan. Pemilik warung menyerahkan tehnya kepada Sonkar sambil menanyakan apa kastanya.
"Aku seorang Dalit," jawab Sonkar.
"Kalau begitu, cuci gelasmu sendiri," kata si pemilik warung.
Sontak saja Dr. Sonkar marah besar. Gelas pun melayang dan pecah menghantam tembok. Suasana riuh menjadi hening.