Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Usman-Harun: Ketika Militer Indonesia Menjadi "Teroris" di Singapura

14 April 2021   04:41 Diperbarui: 14 April 2021   04:50 2791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana gedung Mac Donald setelah pengeboman Usman-Harun (dunia.tempo.co)

Petang itu, di tengah Kawasan Orchard Road Singapura yang padat, masyarakat berlalu-lalang seperti biasanya.

Tiba-tiba, sebuah bunyi ledakan menggemparkan ketenangan. Sebuah bom telah meluluhlantakkan gedung bank yang dibangun sejak 1949 tersebut. Tepatnya di MacDonald House yang merupakan markas Hong Kong Bank (HBC).

Letusan besar tersebut berasal dari tas ransel yang ditaruh di dekat lift. Tercatat 3 orang meninggal, 33 orang lainnya mengalami luka-luka, dan semua mobil yang diparkir di halaman gedung juga hancur.

Berbekal 12,5 kilogram bahan peledak, pelakunya bukan orang sembarangan.

Mereka bukan teroris, tapi anggota Korps Komando Operasi (KKO), marinir TNI Angkatan Laut. Kejadian tersebut berlangsung pada tanggal 10 Maret 1965.

**

Usman Janatin mendaftarkan diri sebagai anggota KKO setamat lulus dari sekolah menengah. Ia ingin menjadi marinir. Impiannya dikabulkan pada tahun 1962.

Saat itu, republik ini sedang berkonflik. Musuhnya adalah tetangga yang masih bernama Federasi Malaya alias Persekutuan Tanah Melayu.

Negeri Jiran ini melakukan tindakan semena-mena yang membuat presiden Soekarno murka pada saat itu. Yaitu, mencaplok Sabah, Sarawak, dan Brunai Darussalam. Sebabnya ketiga wilayah ini masih berada di tanah borneo, berbatasan dengan wilayah NKRI.

Menurut Soekarno, upaya yang dilakukan oleh Malaya adalah bentukan kolonialisasi baru. Sang presiden melihat ancaman lanjutan terhadap kedaulatan RI atas aksi ini.

Inggris dituduh berada di baliknya. Pejuangan Dwikora pun dilancarkan. "Ganyang Malaysia" pun dicetuskan.

Seruan Soekarno tak pelak membuat darah muda Usman Janatin bergelora. Ia ingin membuktikan dirinya sebagai anak bawang yang berprestasi. Usman berhasil.Takada yang menyangka, kelak ia akan menjadi seorang pahlawan yang menjaga kedaulatan NKRI.

Operasi militer pun diluncurkan, Komando Mandala Siaga namanya. Usman mengajukan diri sebagai sukarelawan. Bersama dua orang lainnya, Harun Thohir, dan Gani bin Arup, mereka ditugaskan masuk jauh ke wilayah musuh, Singapura yang masih menjadi bagian dari Federasi Malaya.

Usman bersama kedua kawannya sebenarnya memiliki tugas berbeda. Melakukan aksi sabotase dengan memicu kerusuhan rasial. Saat itu, Singapura memang merupakan titik penting bagi Malaya, sebagai kota Pelabuhan dan poin distribusi internasional.

Namun, negeri ini juga menyimpan api dalam sekam. Sebagai daerah yang dihuni oleh mayoritas keturunan Tionghoa, konflik rasial bisa terjadi kapan saja. Memancing kerusuhan dan merusak instalasi-instalasi penting di singapura adalah aksi serangan yang direncanakan.

Namun, sayangnya tidak ada penjelasan lebih lanjut, mengapa Usman dan kawan-kawanya mengubah rencana awal.

Suasana gedung Mac Donald setelah pengeboman Usman-Harun (dunia.tempo.co)
Suasana gedung Mac Donald setelah pengeboman Usman-Harun (dunia.tempo.co)
Setelah melarikan diri dengan mengendarai bus, Usman dan Harun terpisah dengan Gani. Gani berhasil menyelamatkan diri dan kembali ke Indonesia. Tapi, tidak bagi Usman dan Harun.

Mereka berusaha melarikan diri dengan menggunakan motor boat yang dirampas. Tapi, apes bagi mereka, perahu tersebut mogok di tengah lautan.

Mereka tertangkap oleh kapal patrol Singapura dan terancam hukuman mati.

**

Di tahun yang sama, di bulan September 1965, Indonesia dilanda kekacauan politik yang luar biasa. Pemberontakan G30S PKI. Pucuk pimpinan tertinggi Republik Indonesia pun berganti. Soekarno menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto. Masa Orde Baru resmi dimulai.

Tanggal 15 Oktober 1965, pemerintahan Soeharto mengirimkan utusan ke Singapura untuk menyelamatkn nasib Usman dan Harun. Namun, perundingan tersebut gagal, Singapura tak bergeming dengan hukuman mati Usman-Harun.

Bahkan dikabarkan bahwa pemerintah Singapura telah menolak permintaan Presiden Soeharto untuk meringankan hukuman terhadap dua anggota militer Angkatan Laut tersebut (Harian Kompas, 16 Oktober 1968).

Tanggal 17 Oktober, hari eksekusi tiba. Pada jam 6 pagi waktu Singapura. Siangnya, jenasah mereka dipulangkan ke tanah air dan dimakamkan pada hari itu juga di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Ratusan ribu rakyat Indonesia di Jakarta mengiringi pemakaman keduanya. Usman Janatin dan Harun Thohir dianugrahi tanda kehormatan Bintang Sakti.  

Peristiwa ini merupakan titik terburuk dalam sejarah hubungan dua negara, Indonesia-Singapura

Lee Kuan Yew di Kalibata 1973 (news.detik.com)
Lee Kuan Yew di Kalibata 1973 (news.detik.com)
Tahun 1973, PM. Lee Kuan Yew berkunjung ke Indonesia. Dalam kunjungan resmi kenegaraan tersebut, sang Perdana Menteri telah menjadwalkan kunjungannya ke TMP Kalibata.

Di sana, Perdana Menteri Lee yang ditemani oleh Dubes Singapura untuk Indonesia dan beberapa pejabat kedua negara, melakukan prosesi tabur bunga di atas kuburan Usman-Harun.

Meskipun singkat, tapi peristiwa tersebut merupakan titik balik dalam perkembangan hubungan Indonesia dan Singapura, sejak Usman-Harun dieksekusi mati delapan tahun sebelumnya. PM. Lee berhasil menutupi episode kelam tersebut dengan aksi tabur bunganya di TMP Kalibata.

**

Namun, peristiwa Usman-Harun tidak berakhir sampai di sini. 41 tahun setelah kunjungan PM. Lee ke Kalibata, hubungan kedua negara kembali memanas.

Tepatnya pada tahun 2014.

Indonesia berencana memberi nama salah satu kapal perang TNI Angkatan Laut terbarunya dengan nama KRI Usman-Harun. Jelas saja, luka lama akan kembali terkoyak.

KRI Usman-Harun (antaranews.com)
KRI Usman-Harun (antaranews.com)
Pemerintah Singapura beranggapan pemberian nama tersebut akan menguak luka lama rakyat Singapura, terutama para korban bom.

Namun, Indonesia membalas tegas. Pemberian nama dianggap tidak menodai rasa keprihatinan masyarakat Indonesia.

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI saat itu, Marty Natelagawa menjawab surat Menlu Singapura, K.Shanmugam;

"Kenapa harus diganti? Kita cukup mencatat keprihatinan dari Pemerintah Singapura. Saya rasa demikian." Ujar Marty.

Aksi balas dendam Singapura pun dilayangkan. Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen melarang kapal perang Indonesia memasuki teritorinya.

Indonesia kembali menjawab larangan Singapura dengan tegas. Melalui Panglima TNI, Moeldoko;

"Saya tidak terima kalau Usman-Harun itu dinyatakan sebagai teroris. Mereka marinir, kok."

Apa yang dilakukan oleh Usman-Harun memang kontroversial. Menjalankan tugas negara, dengan membunuh sipil tak berdosa. Meskipun itu adalah bagian dari masa lalu, tapi seyogyanya tidak bisa ditolerir. Semoga kejadian seperti ini tak akan pernah terulang lagi

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun