Karena sehebat-hebatnya kata motivasi dari siapapun asalkan dari dalam dirinya sendiri tetap menyala melajutkan hidup, se-indah-indahnya kata motivasi sudah tidak diperlukan lagi bagi manusia.
Motif dan manusia memang tidak dapat terpisahkan sebagai daya hidup. Saya yang ingin membuat seorang wanita suka padan saya, supaya wanita itu mau menjadi istri saya.Â
Tetapi jika dihadapkan pada kenyataan memang kontradiksi, disisi lain saya adalah pria yang patut sekali wanita benci----- di sisi lain saya berharap wanita dapat mencintai berbagai sikap saya itu. Namun apakah mungkin wanita bisa cinta dengan lelaki yang dingin dan pemikir?
Tetapi denga sikap saya, bagiamana wanita tidak ilfil (hilang feeling) pada saya. Saya bukan hanya orang yang keras hati dan pikirannya.Â
Saya juga bodoh dan sering tidak focus dengan pikiran saya sendiri, yang membuat wanita jika dihadapkan dengan saya pada saat komunikasi kerja sama sendiri---- hanya membuat lelah hati wanita.Â
Karena ketotololan itu sendiri yang masih sering bertanya walaupun sudah wanita jawab berkali-kali.
Bagaimana saya tidak menjadi tolol. Pikiran begitu serius, apa yang mungkin dipikiran saya tidak akan pernah ada dipikiran orang lain. Apakah saya sudah gila dengan pikiran saya sendiri?Â
Dengan tulisan-tulisan yang saya garap sebagai curahan. Atau dengan buku-buku berat filsafat yang saya jadikan pedoman bagaimana hidup saya agar tidak terlalu berjarak dengan penderitaan untuk mendapat sentuhan kebijaksanaan.
Sepertinya kelahiran jika bukan dirinya sendiri yang membuat penderitaannya sendiri sumber penderitaan itu tetap orang lain. Saya yang sama sekali tidak dapat membuat asyik ketika berteman dengan wanita mungkin saja alasan saya tidak pernah memandu cinta dengan wanita sejauh ini.
Dan wanita itu mungkin selamanya tidak akan pernah cinta dengan saya terkecuali wanita itu memang sudah benar-benar jodoh saya.Â
Apakah jodoh akan se-absrud itu? Sama sekali sikap yang tidak mengenakan hati tetapi tetap saja membuat jatuh hati?