Mungkin inilah yang harus digarap oleh setiap manusia yang tidak selalu betah dengan bentuk kerja konvensional.
Bukan apa, kerja secara konvensioanl bukan saja akan terus mengalami keadaan stagnan dalam berpendapatan.Â
Karena kebanyakan kini pengupahan dalam kerja sendiri mengacu pada nilai upah minimum regional yang paling minim.
Namun seberapapun nilai itu memang benar, setidaknya dengan pendapatan yang tetap setiap bulan dapat mengakomodasi hidup "manusia".Â
Tetap saja beraktivitas kerja tetap lebih baik. Namun pertanyaannya apakah dalam "berpikir" sebagai  manusia tidak ada upaya untuk terus melaju dalam arti: tidak terus diposisi stagnan seperti itu terus?
Jika pendapatan itu hanya cukup untuk dirinya, apakah tidak menjadi ganjalan ketika mereka sudah berumah tangga? Dimana tanggung jawab itu bukan hanya untuk dirinya sendiri?Â
Karena alasan semua itu, saya adalah laki-laki yang visioner sekaligus progresif. Tetapi terkadang saya juga menjadi manusia "nihil"---- nihil diambil dari kata nihilisme yang berarti hidup saya terkadang dalam perjuangannya berpikir tidak ada tujuan apa-apa.
Terlebih saya bisa dikatakan bahwa; saya adalah manusia paling gagal sedunia. Tidak berhasrat melanjutkan kuliah yang hanya tinggal menyelsaikan sidang akhir.Â
Di tempat kerja tidak pernah betah dan serius mengejar karir untuk lebih baik. Menginginkan punya anak tetapi tidak berani terhadap wanita, apa lagi menggodanya.Â
Sisi kontradiktif saya seperti tanda itu---- saya benar-benar akan manusia menjadi yang paling gagal.
Akhir bayangan dari keluar kerja. Saya ingin serius menggarap karya tulis sebagai karya kedua setelah baru saja cetak karya pertama buku saya "Interpretasi Aku" sebagai karya manusia paling gagal untuk tetap semangat melanjutkan hidup.