Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesadaran Hidup: Manusia Harus Berkelana?

16 Juli 2020   19:03 Diperbarui: 20 Juli 2020   08:44 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai binatang yang berpikir itu, peradaban memang bukan hanya milik manusia, tetapi juga milik-milik semua mahkluk-makhluk yang ada. Tetapi manusia sebagai mahkluk yang dapat berpikir membawa laju kehidupan dunia, apakah mungkin manusia tidak pernah berpikir bahwa; kehidupan dunia haruslah sesuai dengan apa yang dicitakannya sebagai ideal?   

Bahkan untuk menjadi berkepribadian itu, manusia harus mampu membahagiakan dirinya sendiri terlebih dahulu apapun keadaannya? Supaya hidup tidak menuntut yang lain, tentu untuk membahahagiakan diri sendiri oleh kehadiran mereka "manusia" lain. 

Karena saat hidup manusia cukup dengan dirinya sendiri, saat itulah hidup manusia tanpa tuntutan, ia tidak akan pernah menuntut, meskipun hidup harus dalam pengelanaan-pengelanaan itu.

Menjadi manusia pengelana; bukan berarti tidak menyukai dunia sosial yang masyarakat bangun sebagai yang "umum", tetapi tidak ada manusia yang tidak suka dengan kehidupan sosial yang ada kini. Semua manusia secara naruliah pasti menginginkannya; bersosial dengan sehat. Karena sejatinya manusia adalah mahkluk sosial. Namun tetapi, apakah benar tentang menjadi sosial itu tanpa ide bersosial sebagai manusia?

Tanpa ide bersosial manusia tidak akan menjadi apa-apa termasuk menjadi manusia itu sendiri. Oleh karena itu saya menyadari sebagai manusia dan mahluk sosoial didalammnya bahwa; menjadi sosial itu tidaklah harus mengikuti pakem yang disepakati menurut perspektif manusia lain.

Manusia bersosial sejatinya harus membawa dirinya dengan autentik. Terkadang dalam pengelanaan mengenal banyak budaya, bersosial dari tempat-tempat yang mereka singgahi membantu manusia menjadi sosial itu sendiri secara orisinil. Tentu karena bekal pengetahuan yang mereka sudah ketahui sebelumnya.

Dan saya yang sudah hidup dalam pengelanaan itu selama bertahun-tahun lamannya paham betul, memang ketika manusia sumpek dengan kehidupannya, sumpek dengan rutinitasnya, atau bahkan sumpek dengan dunianya dan dirinya sendiri, menjadi manusia berkelana merupakan sebuah jawaban itu bagi siapa pun asal dia masih manusia.

Dalam sebuah pengelanaan sesuatu yang berbeda akan manusia ketahui, bersama lingkungan yang baru, orang-orang yang baru, dan juga suasana yang baru, tentu akan mereka rasakan sebagai sebuah pengalaman yang tentu juga baru--- jawaban dari hidup seutuhnya untuk mencapai kesadaran hidup sebagai manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun