Mohon tunggu...
Kliping Sastra Indonesia
Kliping Sastra Indonesia Mohon Tunggu... -

Meski di Dunia Maya, Sastra tetap Nyata!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Matahari Akhir Pebruari

28 Januari 2016   19:07 Diperbarui: 28 Januari 2016   19:13 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Jadi Rachmat tak mau mengobatinya?”

“Rachmat sudah berlayar ke Sulawesi.”

“Ke Sulawesi?”

“Ia pulang ke Enrekang. Ke kampung halamannya, bersama istrinya yang orang sini.”

“maksudmu, ia punya istri lain?”

“Kudengar ada yang di Tarakan, ada pula yang di Toli-Toli.”

Lelaki muda itu menarik napas dalam-dalam. Gerimis yang membentuk tirai putih tadi seakan memisah diri dari hujan deras yang melanda bagian sungai ke arah hilir. Ke bagian hulu tirai hujan makin menebal, sehingga membentuk bayangan kelabu yang mengelam.

“Kupikir soal itu telah berlalu,” terdengar suara wanita itu lagi. “Kau sebagai sarjana harus memikirkan masa depan yang lebih berguna bagi nusa dan bangsa.”

Ada sesuatu yang tersekat di kerongkongan lelaki muda itu.

Seakan ia menyusuri masa silamnya beberapa tahun yang lalu. Lama sudah berbagai kejadian merambang di depan matanya saat ia masih di sini, di kota kelahirannya ini. Lelaki sebayanya hampir semuanya pergi meninggalkan kampung halaman. Ada yang masih sekolah, ada pula yang sudah bekerja dan berkeluarga di tempat-tempat yang jauh. Hanya sejumlah teman wanita yang masih berada di kampung, dan kebanyakan dari mereka juga telah berkeluarga.

Lalu tentang Ramlah?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun