Cantik, kaya, dan soleha, itulah kriteria gadis ideal yang pernah ia dengar dari wejangan ayahnya, tapi ia tidak peduli dengan kriteria yang kedua, yang penting baginya adalah kecantikan yang dapat meneduhkan pandangan, dan kesolehan yang dapat mendamaikan jiwa.
Kesunyian dan kesendirian adalah sesuatu hal yang ia sukai, meski pun begituia senang berteman dengan seorang pembual, karena dengan begitu ia cukup menjadi pendengar yang baik saja dan tak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk berbicara.
“permisi cowok” terdengar suara seorang gadis yang mengusik perisitrahatannya.
Perlahan ia berpaling ke sumber suara tersebut sambil bangkit dari sandarannya. Ia tidak serata merta menjawab sapaan gadis tersebut. Dengan tatapannya yang tajam dan jeli ia mulai mengamati gadis yang lancang menggangu peristirahatannya. “nih cewe apa kuntilanak” pikirnya. Dilihatnya kea arah bawah, ternyata kaki gadis tersebut masih menyentuh tanah.
Gadis itu manis dan terlihat agak tomboy, rambutnya pendek untuk ukuran seorang wanita. Dengan rok mini yang menantang membuat Idris kurang nyaman memandangnyadan segera berpaling. Wajarlah Idris kurang nyaman, karena baru kali ini ia melihat seorang gadis yang memakai rok mini.